Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Anak Mengunyah dan Menghisap Benda Bukan Makanan, Apa Ini Normal?

1 September 2022   11:34 Diperbarui: 6 September 2022   09:42 861
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bila mengunyah dan menghisap benda bukan makanan adalah hal yang dianggap banyak dilakukan oleh anak di bawah 2 tahun, maka aktivitas tersebut bukan lagi sebuah kelaziman bagi anak di atas 2 tahun.

Seperti kita tahu, bahwa pada umumnya otak kognisi akan berkembang sesuai pertambahan usia. Namun pada beberapa kasus, anak-anak bahkan orang dewasa masih saja mengunyah dan menghisap benda bukan makanan.

Bagi mereka yang terdiagnosa secara medis memiliki sensory processing disorder (SPD), aktivitas menghisap dan mengunyah benda bukan makanan merupakan aktivitas yang mendatangkan ketenangan.

Mengapa? Otak kita aktif bekerja untuk menemukan kenyamanan dalam aktivitas sehari-hari. Begitu pula pada saat otak kerepotan melakukan processing sewaktu menerima terlalu banyak informasi. Maka aktivitas mengunyah atau menghisap benda bukan makanan dan atau non nutrisi akan menimbulkan efek nyaman.

Dengan demikian menghisap dan mengunyah benda bukan makanan akan mendatangkan kenyamanan? Yap, betul. Ini merupakan self control bagi mereka yang tidak memiliki coping mechanism yang tepat. Yaitu upaya seseorang untuk mengelola stres.

Coping mechanism berkaitan pula dengan coping skill, kemampuan seseorang untuk meredakan atau meregulasi emosi saat menghadapi stres. Juga mengecilkan emosi yang sedang intens saat stres melanda, sehingga seseorang dapat memberikan respon atas situasi yang sedang terjadi.


Orang tua dapat melatih coping mechanism pada anak dengan melakukan  olahraga bersama anak sesuai kemampuan anak. 

Ilustrasi pentingnya kebersamaan dengan anak | via unsplash.com @jacob owens
Ilustrasi pentingnya kebersamaan dengan anak | via unsplash.com @jacob owens

Atau dapat juga menulis jurnal, menggambar, bermain bersama secara intens (dalam artian orang tua benar-benar ikut ambil bagian dalam aktivitas bermain tersebut), mendendangkan lagu sebagai penenang, dan aktivitas distraksi lainnya.

Meskipun SPD tidak tercatat dalam DSM-5 ataupun ICD-11, namun banyak ahli kesehatan menemukan fakta bahwa memang ada perilaku SPD baik pada anak maupun dewasa. 

Nah, daripada kita self diagnose yang ga ada gunanya, tak lelah saya mengingatkan pentingnya kita datang berkonsultasi kepada ahli kesehatan yang terkait. Dalam hal ini bisa juga kita datang ke psikolog klinis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun