Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Kecerdasan Emosi: Ingin Cerdas Berkomentar? Simak Dulu yang Satu Ini

26 Juni 2022   14:31 Diperbarui: 28 Juni 2022   12:55 1158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang terjadi pada saat kita melakukan aktivitas tanpa harus berpikir terlebih dahulu menggunakan bagian prefrontal korteks? Kita melakukan aktivitas makan, minum, membaca buku, membuka pintu semua menggunakan working memory. Yaitu ingatan yang terbentuk karena telah dilakukan sebuah aktivitas secara berulang. 

Begitu pula dengan empati. Bakat empati yang ada pada kita semenjak lahir, harus diasah. Perlu dilatih. 

Empati Kita Membutuhkan Latihan. 

Pada dasarnya, setiap individu mempunyai bakat empati semenjak lahir. Bahkan sebelum individu menyadari secara penuh keberadaan diri sendiri dalam lingkungannya. Seseorang telah mempunyai kemampuan berempati kepada sesama. 

Sejurus dengan proses pertumbuhan kita, empati dapat kita latih. Latihan berempati semenjak kecil akan menumbuhkan aktivitas altruisme. Kapasitas empati seseorang akan semakin bertumbuh bila terlatih. 

Kapasitas empati sangat berkaitan pula dengan kemampuan kita membaca perasaan orang lain. Pada beberapa orang yang belum mampu mengungkapkan emosi yang dirasakannya secara verbal, mereka menggunakan komunikasi non verbal. 

Kita dapat merasakan emosi seseorang dari gestur tubuh, intonasi atau nada bicaranya, ataupun mimik muka; ekspresi lawan bicara kita. 


Kemampuan mengenali emosi kita akan membuat kita terbiasa peka membaca perasaan orang lain. Kemampuan kita membaca perasaan akan membantu otak emosi kita berlatih menduplikasi aktivitas otak emosi orang lain. 

Dalam bertukar pesan singkat, pada umumnya seseorang akan menggunakan imajinasinya. Seseorang akan membayangkan bagaimana bila diri mereka sendiri berada pada kondisi yang sama dengan lawan bicaranya. Imajinasi inilah yang kemudian diolah menjadi persepsi. 

Aktivitas otak superior temporal sulcus pada saat seseorang melakukan perilaku empati kognitif menghubungkan dengan perilaku altruisme. Pada bagian otak inilah yang berperan penting -tanpa meninggalkan fungsi penting bagian otak lain- dalam aktivitas bersosial kita. 

Acapkali, dalam budaya pengasuhan, kita seringkali masih menggunakan pola indoktrinasi. Ini bukan pilihan yang salah. Hanya saja pengasuhan dengan metode indoktrinasi demi pembentukan empati dinilai kurang efektif. 

Sebagian besar dari kita memiliki empati semenjak lahir. Namun, empati perlu dilatih. Dibiasakan. Sehingga tanpa diminta pun kita telah terbiasa berempati. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun