Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Parenting: Ayah, Ibu, Haruskah Menghukum Saat Anak Tantrum?

27 Maret 2022   16:01 Diperbarui: 12 April 2022   10:15 2223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak tantrum (Sumber: shutterstock via kompas.com)

Secara fisiologis, pada anak usia 8 bulan hingga 2 tahun ada begitu banyak serabut otak anak yang baru terbentuk. 

Bagian sistim limbik anak, yaitu yang mengatur pendengaran, emosi, memori, juga persepsi gerakan pun masih dalam perkembangan. 

Pada tahap ini anak-anak biasanya membutuhkan orang dewasa untuk menanggapi perasaannya. Anak-anak butuh untuk diajak bicara guna memvalidasi, memahami emosi dengan kosakata dan bahasa yang dapat dipahaminya. 

Sedangkan pada masa terrific three, anak-anak pun masih sering berteriak, bahkan terkadang menggigit atau memukul bila sedang tantrum. 

Wew, sungguh situasi yang membuat kita malu, atau tetiba ingin meminjam remote ajaib doraemon. Lalu menghilang di tempat lain. 

Ilustrasi: anak sedang tantrum | via monadelahooke.com
Ilustrasi: anak sedang tantrum | via monadelahooke.com

Tapi tunggu sebentar, parents. 

Usia 3-12 tahun merupakan tahap pertama pembentukan frontal lobe, yaitu bagian otak yang salah dua fungsinya adalah untuk mengatur emosi dan pengendalian diri. 

Pada masa inilah anak-anak membutuhkan bantuan untuk berani menyelesaikan permasalahan saat berada dalam kesulitan. Anak-anak juga membutuhkan bantuan orang dewasa untuk mengenal pola sebab-akibat. 

Sederhananya, tantrum pada anak biasanya terjadi karena anak ingin mengungkapkan perasaannya, namun belum dapat melakukannya dengan baik. 

Bagaimana mengatasi tantrum tanpa mengumbar emosi kita? 

hukuman dan jawaban singkat justru akan membuat anak menjadi bingung | via familie.de
hukuman dan jawaban singkat justru akan membuat anak menjadi bingung | via familie.de

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun