Moving on merupakan kondisi berpindahnya seseorang dari satu tempat, satu ruang, satu dimensi, satu posisi ke tempat, ruang, dimensi, dan posisi yang lain. Ada aktivitas berpindah.
Now, it's all 'bout choises. Ini tentang pilihan, sobs. Memilih meratapi masa lalu, atau memilih menatap ke depan. I know it's not gonna that easy. Tapi, saya pun pernah berada dalam kondisi kehilangan. Ditinggal pas butuh sayaaang.
Setidaknya ada tiga sikap yang perlu kita mengerti agar kita mampu berpindah ke hal yang lebih baik.Â
1. Terima perasaan dan emosi yang ada.
Sakit, marah, denial, ya,...saya pernah berada dalam lembah kelam itu. Kehilangan seseorang yang telah berjanji sehidup semati melangkah bersama saya. Nyatanya...??
Ada saat terjadi penyangkalan, marah pada diri sendiri dan orang lain, penyesalan, bahkan ada rasa rendah diri yang ga ketulungan pahitnya. I mean it. It's really sucks uncomfort.
Kadang kita juga masih berandai-andai, seakan kita tidak dapat hidup tanpa dia yang meninggalkan kita. Meratapi masa lalu, menyimpan history chat dengannya, menyimpan foto kala bersamanya dulu, atau bahkan masih stalking di akun medsos si dia sambil berkata, "oh, andai aku masih bersamanya, aku pasti dibliin mobil listrik, mumpung lagi bebas pajak". H e n t i k a n, Ceripa...
Atau kita masih terbawa ekspektasi yang berlebih tentang cita-cita masa depan yang pernah kita bangun bersamanya. ITU TIDAK PERLU.Â
Sadari kita tidak membutuhkan pikiran yang memanipulasi kita; yang membungkus kenangan dan ekspektasi dengan menggunakan efek dopamin. Membuat kita senang hanya sementara. It's not real, beib. Pahamilah itu semua hanya imajinasi.
Sadari dia telah pergi. Sadari semua telah berakhir. Sadari bahwa kita bukan di masa dulu atau di masa depan yang tidak pasti. Toh, belum tentu kita menjadi pribadi yang lebih baik bila terus bersamanya.
Love your self. Self love tidak melulu melakukan apa yang menyenangkan. Tetapi dengan menerima semua rasa marah, sesal, jengkel, adalah salah satu wujud self love.Â