Kita memang tidak dapat mengantisipasi datangnya pikiran. Pikiran dari masa lalu maupun dari masa depan seringkali datang bagai jailangkung. Hehehe, canda beib.Â
Dia datang dan pergi sesuka hatinya...itulah pikiran. Berbeda dengan emosi yha, sobs. Meski datang tanpa kenal waktu, namun kita mampu mengelolanya.Â
Setiap kali pikiran itu datang, sadari. Mari tetap SADAR. Katakan pada pikiran tentang masa lalu atau masa depan, bahwa kita hidup di masa kini.
Mari berani menghapus foto atau chat kita bersamanya di medsos, mari berani mengakui bahwa semua telah berakhir. Mari berani mengakui bahwa dia telah pergi.Â
Dan apa yang ada pada kita saat ini adalah kita yang bisa menjadi lebih baik. Kita yang mampu menjadi lebih dewasa. Lebih bijak, lebih tangguh, lebih kuat. Mungkin kita tidak dapat melupakan atau menghapus kenangan bersamanya. Namun, mengingat kenangan tersebut tanpa rasa sakit, itu yang jadi lain soal.Â
Just be yourselves. Ijinkan kita menjadi diri kita sendiri. Selamat berproses, selamat melangkah, selamat move on, Sobatku.
Move on? Siapa takut....
Salam,
Penulis
*) sumber:
- health.harvard.edu
- Winch, Guy. (2018). How To Fix A Broken Heart. Simon & Schuster / TED.