Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Pilkada Solo, Langgengkan Politik Dinasti

10 Desember 2020   03:06 Diperbarui: 10 Desember 2020   04:52 915
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
suasana di salah satu TPS kelurahan Sriwedari, Solo | dokpri

Kembali lagi, Pilkada tahun 2020 benar-benar membuat saya dan mungkin sebagian warga Solo enggan untuk melangkahkan kaki, membiarkan jari kelingking kami ditetesi tinta ungu. 

Selain karena alasan pandemi, kesan kepastian raihan kursi panas dinasti menjadi alasan kuat kami enggan mendatangi TPS. Jelaslah cawalkot lulusan Management Development Institute of Singapore, kini melenggang di jalan tol oligark.

Rakabuming Raka, owner Chilli Pari kini telah melebarkan sayap profesi dengan diraihnya suara sementara lebih dari 80 persen dari total suara yang masuk menurut hitung cepat lembaga survei Voxpol Center maupun Charta Politika.

Ya, boleh dikatakan suara kotak kosong sengaja dipecah, sedikit prosentase dialihkan ke paslon Bajo. Dugaan inilah yang sempat menjadi gunjingan massa. Silakan saja mengelak dari tudingan sosial. Pada kenyataannya, politik dinasti telah dilegalkan dan semakin berakar kuat di negri pertiwi. Sungguh.....!!!

Kejadian Medan mungkin sedikit berbeda, meski sama dalam kajian empuknya kursi dinasti. Fragmen ini terlihat pada penghitungan suara sementara yang pula menyatakan secara de facto versi real count KPU 10/12/2020 pukul 01:55 WIB pasangan Bobby-Aulia yang menang tipis 53,2% diatas lawannya Akhyar-Salman 46,8%  dari total suara sementara yang masuk sebesar 173.933 suara.

Bagaimana dengan hasil hitung cepat paslon Gibran-Teguh vs Bajo? Rentang yang sangat lebar hadir sebagai penegas batas penguasa versus wong cilik. Tidak ada campur tangan dinasti? 

Sejak penjaringan cawalkot, nama Gibran Rakabuming Raka sempat terlempar keluar dari seleksi awal. Namun, di tengah masa rekomendasi, Gibran berhasil memenangkan hati Megawati dengan menyingkirkan calon tunggal yang diusung oleh PDIP, Poernomo.

Saya masih ingat, saat beliau didaulat menjadi timses Mas Gibran, Bapak Wakil Walikota incumbent ini sempat berujar, "Saya ndak usah jadi timsesnya, Mas Gibran sudah pasti menang," ungkapan ini disampaikan Pak Poernomo kala harus menjalani karantina mandiri selepas menemui Bapak RI 1 di Jakarta, beberapa waktu yang lalu.

Bagaimana dengan Pakdhe Bagyo? Wong cilik lulusan SMA via kejar paket C ini, bagaimana pun juga "harus terpaksa" menelan empedu politik. 

Sedjak awal penjaringan cawalkot, beliau yang maju di bawah dukungan Yayasan Tikus Pithi bersama 38.831 KTP, sempat ditolak oleh panitia, dengan alasan tidak memenuhi kuota pendukung sebagai syarat majunya calon independen. Namun, entah dari mana datangnya, sentuhan "tangan-tangan ajaib" akhirnya membuat beliau kembali berada di atas panggung kontestasi Pilkada Solo.

Sebenarnya ada beberapa daerah pemilihan di Jawa Tengah yang berhadapan dengan kotak kosong. Alias, hanya ada satu paslon tunggal peserta Pilkada 2020. Di antaranya, Boyolali, Sragen, Kebumen, Wonosobo, dan Grobogan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun