Ngobrol ringan beralih dengan bertanya, apa kabarnya denganmu korupsi?Â
"KPK kita seperti tak bernyawa lagi. Komisi Pemberantasan Korupsi kemarin hari telah ditaburi bunga dengan pesan apakah ia telah mati suri. Ya, tapi duit rakyat kan investasi."
"Lhoh, kok investasi to, Pak Dhe?"
"Ya, investasi bagi pemuja citra diri. Bansos murni mengusung kepentingan sosial atau untuk titip salam politik di dalamnya?Â
"Coba lirik Bansos 600 k untuk tiga bulan ditujukan buat siapa, hon? Buat mereka yang terdeteksi butuh inseminasi. Syaratnya, hanya bagi yang terdeteksi. Yang tak terdeteksi ya, maaf, harus gigit jari.
"Trusan, ayo, obrolan diterusin ke arah kolusi. Ga usah koar-koar masalah ini, mari bincang santai aja soal jurus politisi yang satu ini. Jurus Ular Menggigit Beruang  masih banyak dipraktekkan di negri +62 yang berflower ini.
"Meski ada payung hukum bagi semua tindak KKN, ya UU No. 28 tahun 1999, tapi apakah payung tersebut sudah betul-betul dipakai, atau hanya seonggok instrumen yang ditumpuk demi terciptanya rasa ayem rakyat?" tanya Pak Dhe Cantrik sembari nyruput wedang teh jahe dari cangkir bliriknya.
"Sebentar, kok saya jadi ingat sila ke-5 Pancasila yang waktu SD dulu harus saya hafalkan. 'Suatu saat pasti berguna,' kata guru saya.
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,"
Penulis yang sedari tadi memperhatikan perbincangan santai makin merapat. "Sebetulnya hati ini ingin nulis yang ideal, tapi fakta di lapangan lebih menunjukkan kalo program kartu pra kerja yang sempat ditawarkan pun tak menjadi solusi yang menyelamatkan. Bibir-bibir ndower netijen bilang, tenaga kerja butuhnya kerjaan biar dapet duit, bukan kursus-kursus insentif. Ah, bagaimana dengan fakta ini? Ya harus saya akui juga kan? " penulis ternyata ikutan nimbrung.
"Lhoh Mbak penulis, njenengan nulis ajha jangan beropini. Sudah nulis ajha," perintah Pak Dhe Cantrik. Penulis nyruput wedang Mbakyu Limbuk lalu mblirit, menjauh dari panggung.