Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Cerita tentang Tuan Pagi

28 April 2020   10:16 Diperbarui: 28 April 2020   10:18 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: zen (sumber: pixabay.com)

Hari ini aku bertemu pagi. Alangkah terkejutnya aku kala ia datang dengan murung hati

Kusapa dia, "Hai, Tuan Pagi, selamat datang,"

Ia hanya mengangkat alisnya. Bola matanya memandang ke arahku, hanya datar.

Kusuguhi ia dengan secangkir coklat hangat, dibiarkannya dingin. Kuambilkan segelas kopi panas, dilewatkannya menjadi beku. Kuseduh secangkir teh, yang wanginya mencapai langit, namun tak jua direngkuhnya.

Ia diam. 

Lalu ia mengeluarkan dari saku jubahnya yang berkilauan. Sebotol air dingin, kurasa. Lalu ia berkata, "Apa kau mau minum tetesan embun yang kukumpulkan di antara dedaunan dari pedalaman sejak surya belum keluar?"


Aku tersenyum. Kuambil gelas, bening, tanpa warna, ia menuangkan air bening dari dalam botol, lalu bercerita.

"Anak manusia bertarung semenjak malam tiba. Dengan egonya. Dengan dirinya. Lalu aku datang merapat, dan ia meratap, kehilangan mantra cinta, karena pikirnya, karena rakusnya, karena tipuan rasa yang telah musnah hilang bersama malam,"

"Lalu mengapa Tuan bersedih?"

"Aku kehilangan kalamku, sayang,"keluhnya

"Jika kalam itu hilang dengan apa lagi aku membuatnya ada?"

Tuan pagi kembali tersenyum, Dan berkata,"Kemarilah, kaulah kalamku. Bidak rinduku dalam senyummu. Kalamku adalah menikmati hadirku dalam bola matamu," sapanya meronakan raut mukaku

"Sungguh, Tuan, syair yang indah, bilakah kau renda bagiku kala malam lalu?"

Tuan pagi hanya tersenyum,"Lihatlah, kau membuatku menjadi kembali megah hanya dengan rekatan jemarimu,"

Tuan pagi menyapaku, kembali tersenyum, mencium keningku lalu memudar, berpencar, kembali mengelilingi semesta untuk sekedar mencari cerita tentang anak manusia, hingga ia kembali menyapa dalam rupa yang tak sama

Kata Tuan pagiku, "Jangan tunggu aku, jika kau rindu, panggillah aku,"senyumnya manis meski sekejap menghilang ditelan rawi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun