Sudah dua hari ini. Sudah dua malam ini. Kumasuki ruang tidurku, namun itu hanya dalam ingin dan anganku. Mataku tak juga mau diajak tidur.Â
"Aku lelah," kata tubuhku
"Ayo mata, terpejamlah," otak ini mulai bersabda dalam otoritasnya atas tubuhku.
Namun entah kekuatan apa yang dipunyai mata ini. Ia tak jua mau terpejam.Â
Berharap secangkir susu bisa melelapkanku dalam peraduan. Kureguk segelas saja. Tapi semua tetap tak mampu merayu mataku untuk terpejam.
Kuambil buku dan kubaca. Mungkin mata ini akan lelah dan menyerah. Lagi-lagi, dalam peperangan ini pun aku kalah.
"Mungkin musik bisa membantumu. Biasanya begitu, bukan?" batin ini mulai bersuara, mungkin batinku pun merasa kasihan padaku.
Kuputar musik yang mengalun lembut. Kupikir lagu ini bisa menidurkanku. Yang terjadi, malahan aku terjebak dalam lubang hitam ingatan tentang mantan.
Kembali mataku menyeringai dalam gerbang kemenangannya, membawaku tetap terjaga.
"Ah, bagaimana mungkin malam ini kau pun kalah dengan matamu sendiri?" logika mulai menyerangku.