Mohon tunggu...
Diah AyuPraharani
Diah AyuPraharani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Makan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Neurostorytelling, Kisah dalam Pembelajaran Anak Usia Dini

25 Juli 2023   19:57 Diperbarui: 25 Juli 2023   19:58 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

   Dengan menceritakan dongeng kepada anak pendongeng akan menyampaikan pengaruh (peranan) dan makna penting yang terkandung dalam isi dongeng untuk menanamkan hal-hal baru kepada anak usia dini (S. Wahyuni & Nasution, 2017). Cerita dongeng merupakan cerita yang bersifat imajenatif yang dapat menghibur anak usia dini. Beberapa kisah yang tersebar merupakan imajenasi penulis dan terkadang diselipi beberapa fakta yang mengandung nilai moral bagi anak. Mendongeng merupakan suatu kegiatan bercerita kepada anak yang dengannya dapat meningkatkan imajinasi serta memiliki suatu pesan moral yang ingin pendongeng sampaikan kepada anak (Puspitasari et al., 2018). Tentunya hal perkembangan pada anak tersebut akan terwujud jika dalam mendongeng terjalin sikap interaktif antara guru/orang tua dan anak, penonton dan pendengar dengan pembawa cerita/pendongeng, cerita ataupun satu sama lain. 

      Kegiatan mendongeng merupakan saran yang dapat mengaktifkan kerja pikir atau jalan pikir anak usia dini untuk kedepannya. Melalui kegiatan ini anak akan cepat mengembangkan daya visual yang dimilikinya dengan cepat, mengembangkan moral dan karakter, cara aman untuk mengatasi permasalahan yang sedang dilalui oleh anak, sebagai sarana memperkenalkan lingkungan disekitarnya dan lingkungan yang jauh dari tempat tinggalnya. Oleh karena itu kegiatan mendong haris memiliki tiga unsur lengkap yaitu, cerita (kisah) yang mengandung unsur positif bagi anak, pendongeng (yang menceritakan) yang dapat membangun interaksi timbal balik antara dirinya dan pendengar, dan unsur terakhir adalah pendengar itu sendiri. Kegiatan mendong juga merupakan salah satu alternatif yang memberikan kemudahan kepada guru ketika menerapkan strategi pembelajaran terhadap anak didiknya.

       Kohlberg dan piaget pun menyetujui jika kegiatan mendongeng akan sangat membantu dalam memberikan pendidikan moral kepada anak usia dini. Menurut mereka guru berperan sebagai fasilitator yang bertugas membantu anak untuk mempelajari nilai moral yang terdapat dalam cerita yang diperdengarkan oleh pendongeng kepada anak. Setelah itu, guru mengajak anak berdiskusi yang dilakukan secara sederhana dan melakukan interaksi antara keduanya. Sehingga anak akan mengetahui apa yang benar dan salah karena cara menyenangkan yang dilakukan oleh guru tersebut. Kegiatan mendongeng yang menyenangkan akan membuat pesan moral yang ingin disampaikan oleh penulis dapat diterima dan dipahami dengan baik oleh anak yang mendengarkan cerita atau kisah tersebut (I. S. Ramdhani & Sumiyan, 2020). 

Kegiatan mendongeng merupakan suatu kegiatan yang dapat membentuk karakter atau kepribadian seorang anak, yaitu dengan meningkatkan rasa percaya diri, memperkuat emosinya, dan mengajak anak untuk mempraktekan tindakan dari tokoh baik (protagonis ) dalam cerita yang diperdengarkan kepadanya. Untuk itu pendongeng harus membangun interaksi yang lebih interaktif agar pesan yang ingin disampaikan dapat tersampaikan dengan baik, anak juga akan cepat menyerap apa yang didengar atau dilihat di depannya, namun seiring berjalannya waktu dongeng pun menjadi lebih bervariasi (sesuai dengan kebutuhan zaman dan kemajuan teknologi saat ini). Hal itu dapat dilihat dari segi isi cerita yang disampaikan, selain menarik minat anak dalam meningkatkan kemampuan literasi dongeng juga dapat dijadikan sarana penanaman karakter serta moral anak usia dini yang bersifat menyenangkan karena tidak terkesan menggurui sang anak. Sehingga hal tersebut dapat menarik minat anak menjadi lebih siap dalam menerima pembelajaran, atau pembentukan moral serta karakter melalui kisah yang anak dengarkan.

Dalam kegiatan mendong juga terdapat beberapa kekurangan atau kelebihan, misalnya kelebihan dalam kegiatan mendongeng yaitu, a) Dongeng bersifat Menghibur, menyenangkan, serta dapat menarik perhatian anak, hal itu dapat dilihat pada anak yang memiliki imajenasi yang kuat biasa, sehingga ketika diperdengarkan dongeng kepadanya maka ia akan langsung menangkap dan membayarkan seluruh karakter dalam cerita tersebut; b) dongeng dapat dijadikan sebagai sarana atau jempatan untuk menghubungkan visi misi pendidikan moral dan karakter; c) Dalam kegiatan mendongeng sangat cocok untuk anak usia dini karena telah menerapkan konsep belajar sambil bermain; d) Anak akan lebih mudah dalam memahami dan menerima nilai yang diajarkan di dalam dongeng melalui apa yang ia dengar; e) salah satu metode yang sangat efektif dalam meningkatkan imajinasi moral pada anak; f) meningkatkan pengalaman yang dirasakan anak, gak itu karena melalui dongeng akan membentuk suatu kerangka konseptual dalam kemampuan berpikir anak; g) Anak akan lebih mudah mencerna cerita yang disampaikan pendongeng jika pendongeng menggunakan alat peraga yang membantu dalam proses bercerita; h) meningkatkan kemampuan literasi pada anak i) mampu meningkatkan kemampuan membaca serta moral pada anak; j) penggambaran karakter dapat distimulasi melalui dongeng; k) kegiatan mendongeng merupakan sarana dalam membentuk wadah yang tepat dalam mengembangkan emosi atau perasaan anak: l) Meningkatkan wawasan sejarah/kebudayaan pada anak; m) menghilangkan kecemasan dan sarana healing; n) Anak memili pengetahuan baru melalui proses memahami informasi (asimilasi) berdasarkan pengetahuan yang anak miliki; o) membagung kedekatan antara orang tua, guru dan anak; p) melalui dongeng anak dapat memahami dirinya dan memahami orangbrain; q) Anak dapat mengetahui perbuatan mana yang baik sehingga ditiru dan mana berbuatan buruk yang harus anak tinggalkan.

Sedangkan kekurangan dari kegiatan/metode mendongeng yaitu jika, a) pendongeng yang kurang terampil, yaitu pendongeng yang hanya fokus pada isi cerita saja sehingga kesannya seperti penceramah; b) isi cerita yang dibawakan terlalu panjang dan tidak memperhatikan manajemen waktu, sehingga anak mudah bosan dan akan kehilangan fokusnya; c) tidak mengajarkan kepada anak pengimplementasian cerita atau dongeng dalam kegiatan sehari-harinya, maka anak hanya mengingat dan akan hilang jika hal tersebut tidak diimplementasikan; d) pendongeng tidaklah menarik sehingga ceritanya yang dibawakannya terkesan membosankan sehingga mengurangi minat anak dan anak akan susah mengambil pembelajaran dari cerita yang disampaikan; e) kebanyakan cerita yang mengurangi minat anak adalah cerita yang tidak diiringi dengan alat; f) dongeng yang dibawakan tidak sesuai dengan umur anak, sehingga hal itu dapat mempengaruhi anak dalam hal penerimaan isi dan pesan.

Berdasarkan hal tersebut kegiatan mendongeng harusnya memiliki makna atau pesan yang dapat menghibur dan bersifat menyenangkan; terdapat kandungan moral yang mendidik; cerita yang bisa membuat anak fokus dan terlibat interaksi aktif; menarik rasa penasaran anak; dapat memberikan gambaran visual pada anak; mengembangkan karakter/moral; pendongeng dapat mengenalkan cerita yang berasal dari tempat tinggal anak atau tempat lainnya; salah satu cara aman yang dapat digunakan dalam memecahkan permasalahan yang anak miliki, sesuai dengan umur, dan meningkatkan literasi pada anak dan tidak monoton.

 Korelasi Antara Storytelling dan perkembangan Otak Anak Usia Dini

   Kisah (Storytelling) dan otak memiliki ketertarikan yang sangat erat karena dengan mendengarkan dongeng anak akan menangkap dongeng melalui imajenasinya. Melalui kegiatan mendongeng (storytelling) proses berpikir anak akan menjadi berkualitas (Harahap, 2019). Karena pesan moral yang ingin disampaikan melalui dongeng dapat mempengaruhi jiwa yang anak miliki (Rosdianah, et.al, 2018). Selain itu, kecerdasan linguistik dapat diperoleh melalui kegiatan mendongeng (Suyadi, 2020). Oleh karena itu, ketika pendongeng memperdengarkan kisah pada anak maka pendongeng telah menanamkan nilai kehidupan yang terkandung dalam dongeng kepada anak (seperti halnya kehidupan para tokoh), sehingga hal itu dapat diserap oleh anak dan akan berlanjut hingga anak tumbuh menjadi sosok dewasa. Kegiatan mendongeng juga dapat merangsang perkembangan imajinasi dan dapat mengajak anak untuk mengubgkapkan ide atau gagasan yang anak miliki. Contohnya , ketika dongeng yang menceritakan tentang sosok putri duyung maka secara tidak langsung anak juga akan membayangkan bagaimana sosok putri duyung tersebut dalam pikirannya. Untuk itu orangtua harus membiasakan anak dalam mengambil keputusan, terutama jika terkait tentang sesuatu tentang dirinya, misalnya menentukan pakaian apa yang mau anak gunakan dan makanan apa yang anak sukai, dan mengajak anak berdiskusi tentang suatu peristiwa di sekelilingnya. Hal tersebut akan memicu anak untuk terus berpikir dan terus mengembangkan gagasan yang anak miliki (Haryani, 2018)

 Kegiatan mendongeng (storytelling) merupakan kegiatan yang dapat dilakukan untuk membentuk kepribadian dan karakter anak usia dini (Hariani, 2018). Hal itu disebabkan karena dongeng memiliki makna tersirat yang begitu dalam sehingga memberikan manfaat kepada pendengar (anak usia dini) dan pendongeng itu sendiri. Mendongeng juga merupakan sara yang tepat dalam mengembangkan bahasa anak usia dini dimana ketika mendengar dongeng yang dibacakan kepadanya secara tidak langsung anak akan mengembangkan kemampuannya dalam pemahaman, kosakata, tata bahasa, konsentrasi dan lain sebagainnya. Dalam perkembangan sosial emosional mendongeng dapat membantu anak dalam berinteraksi dengan orang sekitarnya. Dari segi kognitif, mendongeng merupakan suatu kegiatan yang dapat menambah pengetahuan anak tentang dunianya dan dunia sekitarnya, mampu memahami situasi atau kondisi, dan menambah pengetahuan terkait kegiatan yang sedang anak jalani, contohnya : anak belajar tentang binatang, arah, angka, posisi, dan lain sebagainya. Dari segi moral bisa diajarkan oleh pembaca untuk menjaga buku dongeng yang dibacakan kepada anak sehingga ketika anak melihatnya anak akan ikut termotivasi untuk menjaga sesuatu yang menjadi miliknya. Melalui kegiatan mendongeng anak diharapkan dapat mengembangkan sifatnya sesuai dengan karakter baik dari cerita tersebut. Dari aspek fisik motorik pengembangan dilakukan ketika anak mengikuti gerakan yang dibacakan oleh pendongeng dan gambar yang anak lihat. 

Dalam melakukan kegiatan mendongeng secara tidak langsung imajinasi anak pun akan semakin berkembang, ia akan belajar pengalaman, karakter dan kegiatan tokoh dalam cerita tersebut. Setelah itu barulah ia menentukan role model yang akan dijadikan panutan yang akan ia pegang hingga ia mencapai usia dewasa di kemudian hari. Oleh karena itu, orang tua ataupun pendidik harus memilah cerita mana yang akan diberikan kepada anak agar nantinya anak terhindar dari perlakuan kurang baik yang anak contoh saat kecil. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun