Mohon tunggu...
Dhorothea Triarsari
Dhorothea Triarsari Mohon Tunggu... -

Penulis yang tertarik dengan travel dan makanan enak.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Begini Rasanya Tiga Minggu Tanpa Paket Data

18 September 2018   15:56 Diperbarui: 18 September 2018   16:18 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hampir seperti kena serangan jantung dua minggu lalu ketika saya membaca e-mail tagihan telpon seluler. Betapa tidak, tagihan itu mencapai Rp 1,4 juta. Rasanya seperti dirampok. Menurut perasaan saya sih saya termasuk orang yang jarang online. Bahkan di bus TJ pun saya termasuk jarang main ponsel. 

Belum lama sebelum mendapat tagihan itu saya pergi ke Singapura dan ambil paket tiga hari international roaming. Mungkin saja itu penyebab tagihan membludak kan ya.

Sebulan setelah tagihan bikin jantungan datang, tagihan berikutnya Rp800.000. Maaak, rasanya sebal banget. Orang Indosat waktu itu sudah menjelaskan bahwa sesudah tagihan 1,4 juta itu berikutnya bakalan ada tagihan mengejutkan lagi.

Usut punya usut ke CS Indosat di Sarinah Thamrin, ternyata penyebab bengkaknya tagihan itu ada di pemakaian internet per KB. Penyebabnya, ketika itu tiba-tiba no saya tidak bisa berlangganan dengan paket apa pun. Tidak sempat-sempat ke CS Indosat, alhasil berhari-hari saya pakai internet per KB. Sudah begitu, saya ikut pula challenge lari di aplikasi Endomondo bersama alumni kampus. Setiap jalan kaki saya menyalakan aplikasi. Jadi seharusnya gak heran kalau tagihan begitu bengkak.

Ternyata mbak CS Indosat bilang ternyata paket internet saya biasa langganan sudah tidak ada lagi. Harganya sudah naik. Tetapi kenapa saya tidak bisa langganan paket baru? OH mbaknya bilang untuk bisa langganan saya harus nurunin CDMA dan naikkin 2G. Aduh, mana saya tahu ya naik turunin CDMA dan 2G?

Akhirnya, supaya tagihan tidak bengkak, akhirnya si mbak Indosat "mengunci" limit.

Meski begitu, derita belum selesai. Ketika paket hampir habis, ada peringatan agar dipastikan pulsa cukup untuk perpanjangan. Dan ternyata pulsa tidak cukup karena sudah di"kunci". Untuk membuka, saya harus beli lagi pulsa.

Rumit amat ya. Dulu saya baik-baik aja ngga punya internet. Kenapa sekarang jadi ribet? Karena saya sekarang perlu pakai gojek dan balas-balas pesan WA. Karena sekarang yang tidak ada yang kirim SMS kecuali penipu dan sales KTA atau penjual kacamata tembus pandang.

Iseng-iseng setelah puyeng dapat tagihan Rp 800.000 saya non aktifkan data di ponsel. Itu artinya, di luar kantor dan di luar rumah, saya benar-benar tidak bisa dihubungi. Tidak bisa pula pesan gojek. Tetapi dari rumah atau saya masih bisa dong pesan gojek pakai wifi. Repotnya, di luar itu saya benar-benar mati kutu. Untung masih ada bus Transjakarta. Dari Blok M sekarang sudah ada bus feeder yang lewat depan rumah. Tentu saja pulang naik bus ini lebih lama dan kurang praktis dibanding naik ojek online. 

Seperti sedang di luar negeri, ke mana-mana saya cari wifi. Di kafe, restoran, gym tempat sehari-hari nongkrong. Di situ saya banyak terbantu. Jakarta ini memang canggih kalau urusan wifi gratis. Kalah deh Tokyo dibanding Jakarta.

Seminggu berlalu. Ternyata saya baik-baik saja tanpa paket data. Ke mana-mana saya lebih sering naik TJ daripada ojek online. Tidak ada internet ya saya ganti baca buku seperti dahulu kala. 

Tak terasa sekarang sudah minggu ketiga saya tidak pakai paket data. Dan saya baik-baik saja.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun