Mohon tunggu...
Rahmadhona
Rahmadhona Mohon Tunggu... Administrasi - International Affairs Graduate

"and one day, a girl with book will the girl writing them.."

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Kekerasan Seksual sebagai Senjata Perang

25 Maret 2019   18:00 Diperbarui: 26 Mei 2019   03:20 964
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: dw.com/REUTERS/D. Sagoli

Menurut para saksi, perkosaan menjadi strategi perang Serbia yang sangat penting dan diatur secara sistematis.

Kamp yang digunakan perempuan muslim Bosnia berbeda dengan laki-laki. Kamp perempuan disebut juga rape camp merupakan tempat para wanita ini diperkosa secara sistematis dan berulang hingga terbukti bahwa mereka hamil. Diperkirakan 25.000 sampai 50.000 wanita secara sistematis diperkosa selama Perang Bosnia-Serbia dan dilaporkan 20.000 dari perempuan tersebut hamil serta lebih dari 5.000 bayi ditinggalkan di lereng bukit atau dibunuh setelah lahir.

Bayi-bayi ini banyak dibunuh dan dibuang karena wanita yang melahirkannya merasa bahwa mereka adalah suatu aib dan tidak akan diterima dilingkungan mereka.

2. ISIS

Dalam kesaksian dengan identitas yang dilindungi, para wanita Yazidi Irak yang diculik dan dijadikan budak seks oleh kelompok ISIS tersebut mengatakan ISIS menggunakan teknik perkosaan sebagai senjata untuk mengubah keyakinan korban.

Eksploitasi seksual terhadap perempuan dan anak-anak di samping perdagangan manusia bertujuan untuk mendanai 'kekhalifahan' itu, juga digunakan untuk melakukan rekrutmen menarik minat pria dari masyarakat muslim yang sangat konservatif dimana seks bebas itu tabu dan berpacaran dilarang agar mau bergabung.

ISIS juga menggunakan kekerasan seksual untuk menyebarkan teror, menganiaya pemeluk agama dan etnis minoritas serta mengancam masyarakat yang menentang ideologinya.

3. Rohingya

Human Rights Watch (HRW) merilis laporan secara khusus terkait kekerasan seksual yang menimpa perempuan Rohingya di Rakhine, Myanmar. Perkosaan menjadi cara yang paling mencolok dan paling efektif yang dilakukan militer Myanmar untuk kampanye pembersihan etnis terhadap warga Rohingya. Kekerasan seksual tersebut telah diperintahkan, dirancang dan dilakukan oleh angkatan bersenjata Myanmar.

Kami berlima, semua perempuan, membawa bayi-bayi kami. Lalu mereka mencengkeram kami, menyeret kami ke dalam sebuah rumah dan menutup pintu.

Cerita Rashida, salah satu korban perkosaan. Di dalam, sejumlah serdadu merampas bayi laki-laki Rashida dan membunuhnya. Para serdadu tersebut mencoba memotong lehernya dan melucuti pakaian perempuan tersebut. Ketika Rashida dalam keadaan tidak sadarkan diri karena diperkosa, para serdadu tersebut membakar rumah tersebut dengan tujuan membiarkan para korbannya tewas terpanggang. Namun, ketika merasakan kulitnya terbakar, Rashida terbangun dan selamat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun