Mohon tunggu...
DIAN HASIMAN IWANSURYA
DIAN HASIMAN IWANSURYA Mohon Tunggu... Bankir - Program Studi Magister Manajemen Inovasi Sekolah Pascasarjana Universitas Teknologi Sumbawa

Berbagi Ilmu dan Pengetahuan untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Money

Menuju Bumi Sejuta Sapi: Optimalisasi Integrasi Tani-Ternak dan Manajemen Teknologi

19 Juni 2021   15:15 Diperbarui: 19 Juni 2021   15:24 819
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hingga Juli 2020, luas lahan tanam jagung di Kabupaten Sumbawa mencapai 194.000 Hektar. Hal ini merupakan potensi yang sangat besar, dan akan membawa dampak positif bagi peternakan jika dapat dimanfaatkan dengan baik. Selama ini, sisa tanaman padi dan batang jagung masih kurang dimanfaatkan oleh petani maupun peternak. 

Setelah panen, jerami padi dan batang jagung dibiarkan begitu saja di lahan, kemudian dibakar pada saat proses pembersihan lahan (land clearing). Pemanfaatan sisa tanaman padi dan jagung sebagai sumber pakan ternak semestinya dapat mengatasi masalah kekurangan  pakan dan meningkatkaan produktivitas sapi. Tentu saja jika dikelola dengan cara dan teknologi yang baik.

Saat ini, usaha pertanian dan peternakan masih dikelola secara terpisah. Padi dan jagung ditanami di areal persawahan dan lading, sedangkan peternakan dikelola diluar areal pertanian. Jika diintegrasikan dengan cara dan teknologi baik, akan memberikan manfaat bagi keduanya. 

Dengan pemanfaatan sisa hasil pertanian yang berkualitas, sangat bermanfaat untuk memperkaya nilai gizi dan daya cerna sapi. Sebaliknya, dengan pemanfaatan kotoran ternak akan diperoleh pupuk organik yang berkualitas. Pola integrasi ini merupakan sistem usaha tani yang efektif untuk peningkatan produksi tanaman pangan yang cenderung menurun akibat rendahnya kandungan bahan organik dalam tanah, sekaligus menjadi sumber pertumbuhan baru bagi pengembangan populasi sapi.

Integrasi pertanian dan peternakan di Kabupaten Sumbawa masih terkendala beberapa faktor. Kendala yang ada di lapangan antara lain posisi ternak dan lahan pertanian yang masih relatif jauh, sehingga dibutuhkan biaya tambahan untuk mengangkut pakan ke lokasi ternak. Untuk mengatasi hal ini, dibutuhkan peran aktif pemerintah untuk menyediakan akses transportasi jalan tani dan teknologi terkait mobilitas pakan untuk mempermudah hilir mudik material pertanian. Tak berhenti di situ, selanjutnya dibutuhkan pula tempat penyimpanan pakan yang memadai untuk memberikan manfaat yang optimal bagi sapi. 

Dalam hal ini, para peternak perlu diberikan sosialisasi tentang cara dan teknik membangun tempat penyimpanan pakan yang baik, yang diintegrasikan pula dengan teknologi yang mendukung. Kendala lain adalah minimnya pengetahuan dan inovasi teknologi di kalangan peternak, sehingga perkembangan sektor peternakan berjalan lambat. 

Pemerintah melalui dinas terkait dapat lebih aktif untuk melakukan sosialisasi, penyuluhan, atau pelatihan bagi para peternak khususnya terkait inovasi teknologi yang mendukung perkembangan peternakan. Misalnya penerapan teknologi fermentasi tanaman untuk pakan ternak, teknologi pengolahan limbah ternak menjadi bahan bakar gas rumah tangga, cara membuat kompos, dan lainnya.

Selain sisa tanaman, komoditi lain yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak adalah tanaman lamtoro dan rumput gajah. Tanaman ini sangat mudah dijumpai dan gampang dikembang biakkan. Pada umumnya, petani maupun peternak memanfaatkan tanaman lamtoro sebagai tanaman pagar di lading mereka. 

Akan tetapi, masih belum tertata dan dikelola dengan baik. Tanaman lamtoro hendaknya dapat dijangkau oleh sapi, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pakan segar. Sistem penanaman juga harus diperhatikan, agar terjadi regenerasi pertumbuhan tanaman, sehingga pakan dapat tersedia secara berkelanjutan.

Akan tetapi, sebagian besar petani dan peternak belum mengetahui tentang pemanfaatan tanaman lamtoro sebagai pakan sapi. Hal ini disebabkan karena minimnya pengetahuan mereka tentang sumber pakan, kualitas pakan, serta manajemen dan teknologi penyediaan pakan. Untuk rumput gajah, dapat dimanfaatkan sebagai tanaman penguat tebing atau pematang. Teknik ini sangat baik pula untuk diterapkan pada pertanian lahan miring, untuk meminimalisir resiko erosi tanah. Tanah yang terkikis oleh air hujan akan ditahan oleh rumput gajah, sehingga tidak melimpas ke lahan bagian bawah.

Upaya memadukan peternakan dan pertanian dengan dukungan manajemen teknologi yang tepat akan membawa dampak pada sistem budidaya, kehidupan sosial dan aktivitas ekonomi ke arah yang positif. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun