Inspirasi juga bisa lahir dari teladan. Guru yang berintegritas, jujur, dan bersemangat akan memengaruhi siswanya. Karena pada akhirnya pendidikan lebih banyak ditangkap dari keteladanan bukan sekadar ceramah.
2. Tujuan Preskriptif: Menentukan Arah dan Pedoman Pendidikan
Jika inspirational menyalakan semangat, maka preskriptif berfungsi sebagai penuntun arah. Tujuan preskriptif berarti filsafat pendidikan memberikan "resep" atau pedoman normative dimana pendidikan harus menuju ke mana, dan nilai apa yang dijunjung tinggi.
Di era digital, tantangan etika semakin besar. Misalnya, penyalahgunaan kecerdasan buatan (AI) untuk plagiarisme, konten negatif yang mudah diakses, atau budaya cancel di media sosial. Tanpa pedoman nilai yang jelas generasi muda bisa kehilangan arah.
Tujuan preskriptif mengingatkan bahwa pendidikan tidak boleh hanya netral melainkan harus memandu peserta didik menjadi manusia yang bermoral. Itulah sebabnya nilai-nilai Pancasila, etika, dan budi pekerti tetap relevan.
Contoh penerapan preskriptif adalah integrasi pendidikan karakter dalam kurikulum Merdeka Belajar. Misalnya saat siswa belajar teknologi digital mereka juga diberi kesadaran tentang etika digital baik itu bagaimana bersikap sopan di media sosial, menghargai karya orang lain, dan menjaga privasi data. Dengan pedoman nilai, pendidikan akan melahirkan generasi yang tidak hanya pintar menggunakan teknologi tetapi juga bijak menggunakannya untuk kebaikan.
3. Tujuan Investigative: Menggali, Mengkritisi, dan Menguji Pengetahuan
Tujuan investigative menekankan bahwa pendidikan harus melatih kemampuan kritis. Tujuan investigative bukan hanya menerima informasi apa adanya tetapi berani bertanya, menggali, dan menguji kebenaran.
Era digital adalah era derasnya arus informasi. Setiap menit, jutaan data baru muncul. Masalahnya tidak semua benar. Tanpa kemampuan investigatif peserta didik akan mudah percaya pada hoax, teori konspirasi, atau informasi menyesatkan.
Di sinilah filsafat pendidikan mengajarkan sikap kritis. Siswa harus dilatih bertanya: "Apakah informasi ini valid? Dari mana sumbernya? Apa bukti empirisnya?" Kemampuan ini sangat penting untuk melahirkan warga digital yang cerdas dan bertanggung jawab.
Contoh penerapan investigatif bisa dilihat pada pembelajaran berbasis riset kecil. Misalnya guru meminta siswa menyelidiki kualitas air di sekitar sekolah. Mereka harus mengumpulkan data, melakukan observasi, membandingkan dengan teori, lalu mempresentasikan hasilnya. Proses ini melatih mereka berpikir ilmiah bukan hanya menerima informasi dari buku teks.