Mohon tunggu...
Diauddin
Diauddin Mohon Tunggu... Dokter - Seorang Dokter Praktisi Kesehatan sekaligus juga Pejabat Publik di Pemerintahan Daerah

Seorang Dokter yang lahir di Martapura di bulan September 1977. Akrab di panggil dengan Dokter Dia. Hobi membaca dan menulis. Menulis amatiran apa saja yang di inginkan, tidak terbatas hanya pada bidang kesehatan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Covid-19, Apa yang Bisa Kita Lakukan?

9 Agustus 2021   12:22 Diperbarui: 9 Agustus 2021   13:07 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Coronavirus Disease Tahun 2019 atau yang biasa dikenal dengan singkatan Covid 19 sejak pertama kali di temukan  Desember 2019, sampai sekarang masih belum ada tanda-tanda kapan berakhirnya. 

Berbagai macam daya upaya maupun strategi telah dilaksanakan oleh seluruh negara di dunia. Namun penularan virus ini masih belum bisa dikendalikan sepenuhnya, bahkan terkesan semakin bertambah.  

Ada dua hal sebenarnya yang bisa mengembalikan situasi menjadi "normal" kembali yaitu :

 1) Penemuan kasus baru sudah tidak ada lagi 

2) Vaksin yang benar-benar terbukti bisa mencegah Covid 19 ini ditemukan.

Sampai 2 hal ini belum terjadi maka kita akan hidup dalam suasana "abnormal" (tidak normal). Kita akan hidup berdampingan dengan Virus Corona ini dengan kemungkinan sewaktu-waktu bisa terinfeksi. 

Saya tidak akan membahas masalah penemuan vaksin, karena ini biarlah jadi ranah nya para peneliti, tapi kita akan bahas apa yang mungkin bisa kita lakukan agar kasus baru tidak ada  lagi.

Menjadikan kasus baru tidak ada lagi itu artinya kita harus mencegah terjadinya penularan kasus covid 19. Caranya hanya satu yaitu memisahkan antara orang yang terinfeksi dengan yang belum terinfeksi. Untuk memisahkan orang yang terinfeksi dengan yang belum, tentunya kita perlu menemukan kasus ter konfirmasi positif sesegera mungkin, dengan jalan melakukan tes kepada semua orang (sebanyak mungkin orang) bukan hanya kepada orang yang dicurigai saja.  

Kenapa harus sesegera mungkin dan kenapa harus ke semua orang ? Sesegera mungkin itu wajib, karena secara teori covid 19 ini sangat menular, pertumbuhannya meningkat secara eksponensial. Ada beberapa ahli yang menyatakan satu orang yang terinfeksi dalam satu hari bisa menularkan 3-6 orang. 

Jadi besoknya orang yang terinfeksi sudah bertambah menjadi 12-24 orang, kalau terlambat dua hari menjadi 36-144 orang, bayangkan kalau keterlambatannya selama 1-2 bulan. Inilah yang terjadi di tempat kita atau mungkin di kebanyakan negara-negara lain di Dunia. 

Keterlambatan ini di akibatkan banyak hal; ada yang dikarenakan pemimpinnya secara mental meremehkan, ada juga karena kemampuan penyediaan peralatan yang belum siap, seperti APD (alat pelindung diri) bagi petugas di lapangan maupun alat tes nya yang tidak ada atau sangat kurang. Yang lebih parah lagi karena kombinasi keduanya. 

Jadi jangan kaget, ketika peralatan sudah siap, sumber daya manusia sudah siap, maka angka temuan kasus terkonfirmasi akan meningkat dan terus bertambah. Hal ini dikarenakan "utang masa lalu" selama 1-2 bulan keterlambatan "tracing" dan "tracking" menyebabkan jumlah orang yang terinfeksi hampir mustahil terkejar. 

Pelajaran dari beberapa negara yang sukses dalam menekan angka penularan covid 19, mereka melakukan pemeriksaan secara massal serta juga melakukan pemeriksaan yang sangat ketat di pintu masuk ke negara mereka bahkan sebelum ada kasus covid 19 ditemukan di negara mereka. Jadi bagaimana solusi mengejar "utang masa lalu" ini ? sedangkan peningkatan covid 19 nya terjadi secara eksponensial ? 

Satu-satunya jalan menurut penulis adalah semuanya harus berdiam diri di rumah masing-masing selama 14 hari (sesuai pedoman awal) atau minimal 11 hari  bagi yang positif tanpa gejala atau bagi pasien yang dirawat setelah dinyatakan sehat (bukan negatif) ditambah 3 hari  (pedoman WHO terbaru). 

Dengan seluruh orang berdiam diri di rumah, akan membuat kemungkinan virusnya menular dan menyebar kemana-mana menjadi terhenti dan paling mungkin cuma menularkan orang di rumahnya saja. Nanti terlihat jumlah orang yang  jatuh sakit, sampai harus opname di Rumah Sakit, dan ini persentasenya  kecil, masih di bawah 10%. 

Sedangkan masyarakat lainnya walaupun mungkin terinfeksi Covid 19 juga, tidak mengalami gejala apa-apa (sehat).  Setelah lewat dari masa yang ditentukan untuk mengisolasikan diri, semuanya sudah bisa kembali beraktifitas. Pedoman WHO terbaru menyebutkan walaupun orang itu ketika diperiksa masih positif, sudah tidak berpotensi menularkan lagi. 

Apakah ini mungkin dilakukan ? tergantung kesadaran masyarakat dan kesiapan pemerintah. Karena mengurusi masyarakat tidak semudah mempertimbangkan hitam dan putih. Tapi juga mempertimbangkan banyak hal lainnya selain kesehatan seperti Sosial Ekonomi, Budaya, Keamanan, dll. 

Kenapa Test Covid 19 ini harus dilakukan ke semua orang, tanpa terkecuali. Sesuai dengan fakta di lapangan dan teori yang ada menyatakan bahwa 90% penderita positif covid 19 tidak bergejala. Inilah yang menjadi kendala dalam hal pemilihan prioritas orang yang akan diperiksa. 

Kalau di awal kasus sudah dilakukan pengetatan, sebenarnya masih mungkin dilakukan skala prioritas ini. Pemeriksaan hanya di lakukan kepada orang yang beresiko saja seperti orang-orang yang datang melakukan perjalanan dari wilayah terjangkit atau orang asing yang masuk ke negara kita. 

Tapi ketika penularan sudah terjadi secara transmisi lokal dan menyebar hampir di seluruh lini, maka akan susah memilah orang-orang yang dicurigai terkena covid 19. Jadi idealnya di kondisi saat ini adalah memeriksa keseluruhan populasi, dengan menggunakan metode PCR atau metode lain yang mempunyai sensitivitas dan spesifisitas di atas 90%. Kalau ini di lakukan  barulah  bisa kita meyakini bahwa semua yang positif sudah di dapat dan kemudian dipisahkan dalam jangka waktu tertentu tadi.

Dari uraian diatas, dapat diambil kesimpulan, bahwa secara teoritis sebenarnya tidak sulit untuk melakukan tindakan pencegahan penularan covid 19 ini. Akan tetapi secara faktual terbukti terjadi kegagalan hampir di seluruh negara di dunia. Kalau kita lihat sekilas (harus diperdalam lagi), negara-negara yang menganut sistem komunis atau sistem kerajaan (diktator) relatif lebih berhasil daripada negara-negara yang sangat mengedepankan demokrasi dan hak azasi manusia. 

Memang terkadang ketegasan ala komunis dan diktator dibutuhkan dalam situasi yang memerlukan ketaatan absolut di masyarakat, tentunya untuk kebaikan bersama dan dalam jangka waktu yang terukur. Di kondisi Indonesia saat ini  yang bisa kita lakukan hanyalah menurunkan persentase/ memperlambat kemungkinan tertular. 

Tindakannya sebagaimana yang telah banyak di sosialisasikan, yaitu dengan mendisiplinkan pemakaian masker, menjaga jarak (social dan physical distancing), serta menjaga kebersihan tangan. That's it !! sembari berdo'a semoga kita menjadi bagian dari 90% orang yang ketika terinfeksi tidak menimbulkan gejala. 

Sebagai penutup tulisan ini ketika tindakan sederhana memakai masker , mencuci tangan sudah tidak diindahkan lagi, maka jangankan kita insan kesehatan maupun Pemerintah, virus Corona nya sendiri pun mungkin akan sakit hati dan kehilangan harga dirinya, dipandang sebelah mata oleh sebagian masyarakat santuy Indonesia.

Salam Santuy

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun