Mohon tunggu...
Diauddin
Diauddin Mohon Tunggu... Dokter - Seorang Dokter Praktisi Kesehatan sekaligus juga Pejabat Publik di Pemerintahan Daerah

Seorang Dokter yang lahir di Martapura di bulan September 1977. Akrab di panggil dengan Dokter Dia. Hobi membaca dan menulis. Menulis amatiran apa saja yang di inginkan, tidak terbatas hanya pada bidang kesehatan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Covid-19, Apa yang Bisa Kita Lakukan?

9 Agustus 2021   12:22 Diperbarui: 9 Agustus 2021   13:07 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Jadi jangan kaget, ketika peralatan sudah siap, sumber daya manusia sudah siap, maka angka temuan kasus terkonfirmasi akan meningkat dan terus bertambah. Hal ini dikarenakan "utang masa lalu" selama 1-2 bulan keterlambatan "tracing" dan "tracking" menyebabkan jumlah orang yang terinfeksi hampir mustahil terkejar. 

Pelajaran dari beberapa negara yang sukses dalam menekan angka penularan covid 19, mereka melakukan pemeriksaan secara massal serta juga melakukan pemeriksaan yang sangat ketat di pintu masuk ke negara mereka bahkan sebelum ada kasus covid 19 ditemukan di negara mereka. Jadi bagaimana solusi mengejar "utang masa lalu" ini ? sedangkan peningkatan covid 19 nya terjadi secara eksponensial ? 

Satu-satunya jalan menurut penulis adalah semuanya harus berdiam diri di rumah masing-masing selama 14 hari (sesuai pedoman awal) atau minimal 11 hari  bagi yang positif tanpa gejala atau bagi pasien yang dirawat setelah dinyatakan sehat (bukan negatif) ditambah 3 hari  (pedoman WHO terbaru). 

Dengan seluruh orang berdiam diri di rumah, akan membuat kemungkinan virusnya menular dan menyebar kemana-mana menjadi terhenti dan paling mungkin cuma menularkan orang di rumahnya saja. Nanti terlihat jumlah orang yang  jatuh sakit, sampai harus opname di Rumah Sakit, dan ini persentasenya  kecil, masih di bawah 10%. 

Sedangkan masyarakat lainnya walaupun mungkin terinfeksi Covid 19 juga, tidak mengalami gejala apa-apa (sehat).  Setelah lewat dari masa yang ditentukan untuk mengisolasikan diri, semuanya sudah bisa kembali beraktifitas. Pedoman WHO terbaru menyebutkan walaupun orang itu ketika diperiksa masih positif, sudah tidak berpotensi menularkan lagi. 

Apakah ini mungkin dilakukan ? tergantung kesadaran masyarakat dan kesiapan pemerintah. Karena mengurusi masyarakat tidak semudah mempertimbangkan hitam dan putih. Tapi juga mempertimbangkan banyak hal lainnya selain kesehatan seperti Sosial Ekonomi, Budaya, Keamanan, dll. 

Kenapa Test Covid 19 ini harus dilakukan ke semua orang, tanpa terkecuali. Sesuai dengan fakta di lapangan dan teori yang ada menyatakan bahwa 90% penderita positif covid 19 tidak bergejala. Inilah yang menjadi kendala dalam hal pemilihan prioritas orang yang akan diperiksa. 

Kalau di awal kasus sudah dilakukan pengetatan, sebenarnya masih mungkin dilakukan skala prioritas ini. Pemeriksaan hanya di lakukan kepada orang yang beresiko saja seperti orang-orang yang datang melakukan perjalanan dari wilayah terjangkit atau orang asing yang masuk ke negara kita. 

Tapi ketika penularan sudah terjadi secara transmisi lokal dan menyebar hampir di seluruh lini, maka akan susah memilah orang-orang yang dicurigai terkena covid 19. Jadi idealnya di kondisi saat ini adalah memeriksa keseluruhan populasi, dengan menggunakan metode PCR atau metode lain yang mempunyai sensitivitas dan spesifisitas di atas 90%. Kalau ini di lakukan  barulah  bisa kita meyakini bahwa semua yang positif sudah di dapat dan kemudian dipisahkan dalam jangka waktu tertentu tadi.

Dari uraian diatas, dapat diambil kesimpulan, bahwa secara teoritis sebenarnya tidak sulit untuk melakukan tindakan pencegahan penularan covid 19 ini. Akan tetapi secara faktual terbukti terjadi kegagalan hampir di seluruh negara di dunia. Kalau kita lihat sekilas (harus diperdalam lagi), negara-negara yang menganut sistem komunis atau sistem kerajaan (diktator) relatif lebih berhasil daripada negara-negara yang sangat mengedepankan demokrasi dan hak azasi manusia. 

Memang terkadang ketegasan ala komunis dan diktator dibutuhkan dalam situasi yang memerlukan ketaatan absolut di masyarakat, tentunya untuk kebaikan bersama dan dalam jangka waktu yang terukur. Di kondisi Indonesia saat ini  yang bisa kita lakukan hanyalah menurunkan persentase/ memperlambat kemungkinan tertular. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun