Mohon tunggu...
Dewi nurdiana
Dewi nurdiana Mohon Tunggu... -

lahir dilampung hanya orang biasa yg suka menulis ....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Resolusi ikhlas diawal tahun

31 Desember 2010   17:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:06 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Rumah itu sederhana teletak persis disebelah surau kampung,

Lirih alunan merdu lafaz alquran samar samar  terdengar terbawa desiran angin,sekali kali alunan itu berhenti kemudian berlanjut nafasnya seperti tercipta hanya untuk mendendangkan kalimat kalimat merdu milik sang Khalik.

Sejak enam bulan yang lalu,tepatnya sejak kepergian sang suami menghadap pencipta,sajadah mungil dari mahar suaminya yang telah nampak sudah kusam .warnanya pudar, putih tak terlihat lagi  renta waktu tiga puluh lima tahun menemani sang pemilik berkomunikasi dengan sang Khalik ,tak satupun kesempatan yang ditinggalkan untuk memuji dan bersyukur atas karuniNya.Tapi kali ini wajahnya sendu ,alunan merdu kalimat Nya diselingi ringkihan tangis menyayat hati,tapi wanita itu tetap melanjutkan mengalunkan kalimat kalimat suci sang pemilik hidup.

Siti,terhanyut dalam alunan merdu berirama menyayat hati,air wudhu telah menyiram wajah ayu bermata indah,jilbab putih menambahkan kesempurnaan seorang wanita.

"assalamu alaikum Bu?"  kucium punggung tangannya

Wajah itu tersenyum,guratan wajahnya seperti menandakan kegetiran hidupnya,walaupun ibu sudah tampak tua garis ayu diwajahnya masih tampak terlihat jelas,banyak orang desa bilang aku mewarisi wajah ayu dari ibuku.

Bibirnya lirih membalas salamku,

"Ayo berjamaah" Ibu sudah bangkit dihadapanku,diletakan kitab yang berisi kalimat kalimat Nya itu diatas lemari kusam yang terbuat dari bambu,ya Ibu menghargai dan menempatakan kitab itu tinggi diatas segala galanya.Siti bangkit menjadi makmun,hanya berdua menghadap sang Khalik.

"Abah mau menikah lagi bu?" tanyaku kaget saat tau ayahnya akan menikah lagi

Ibu tersenyum getir membalas pertanyaanku

"ibu mengijinkan?" tanyaku lagi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun