Hujan berkat 'kan tercurah
Hidup kembali segar
Di atas bukit dan lurah
Penggalan lirik Kidung Jemaat 403 yang dinyanyikan umat kristiani, yang memaknai hujan sebagai suatu kiriman dari Sang Pencipta. Hal senanda di lakukan di samping Gereja Kristen Jawa Tengah Utara di Pengkol Rejo Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Gereja kecil tersebut sedang memanen air hujan dari atap gereja yang miring, kemudian di tampung, nantinya bisa digunakan oleh umat dan masyarakat.
Pendeta Yohanes memikirkan upaya, bagaimana mendapatkan air yang aman. Mumpung musim hujan, mari kita panen dari atap gereja. Genting gereja yang luas dan miring, bisa menjadi penangkap hujan lalu nantinya ditampung dalam tandon air.
Proses memanen hujan sangat sederhana, yakni hanya dengan menangkap, menyaring, dan mengalirkan ke dalam tandon. Daerah pedesaan dan jauh dari lokasi industri, dapat diuntungkan kualitas air hujan yang baik meski tidak menjadi jaminan. Setidaknya bebas kontaminasi udara.
Air hujan seperti air suling yang murni, yang pasti bebas dari kapur. Air hujan bisa menjadi sumber air minum yang berkalitas baik, daripada air sumur atau dari mata air yang mengandung kapur. Air hujan bisa diperoleh secara gratis, dan bisa diolah sendiri dan ditampung.
Dengan konstruksi penampungan air hujan yang ditangkap bisa menjadi instalasi penyedia air minum yang aman untuk dikonsusmi. Terlebih jika ada pengolahan air denngan penyaringan yang baik, penambagan karbon aktif, ozonasi atau UV makan akan dihasilkan air siap minum. Dengan demikian, gereja mungil di tengah perkampungan akan menyediakan air yang baik dan bisa dimanfaatkan oleh semua masyarakat. Hujan berkat tercurah...
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI