Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Singkong yang Naik Tahta Tak Sekadar Simbol "Kaum Papa"

13 Desember 2017   16:11 Diperbarui: 14 Desember 2017   03:41 1893
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Singkong Keju Toping cokelat, yang banyak digemari oleh pembeli (dok.pri).

Penggalan lirik lagu Singkong dan Keju yang di populerkan oleh penyanyi Arie Wibowo yang asli Salatiga. Lagu yang menggambarkan kondisi yang kontradiktif tentang kisah asmara dua sejoli yang dikomparasikan antara singkong dan Keju. Tahun 2009 dua sejoli yang kontradiktif tersebut dikawinkan oleh Hardadi yang juga orang Salatiga menjadi Singkong Keju yang kini menjadi ikon kuliner kota hati beriman tersebut.

Aku suka jaipong, kau suka disko o' o' o'...Aku suka singkong, kau suka keju oh oh oh..

Sejarah Singkong

Singkong, telo, casava (Manihot utulilisima) adalah sejenis tumbuhan yang memiliki cadangan makanan dalam bentuk pati dalam perakarannya. Singkong adalah tanaman aseli benua Amerika, khususnya di Amerika Selatan. 

Singkong masuk ke Nusantara dibawa oleh Potyugis pada abad 16 dan baru dibudidayakan secara komersial pada tahun 1810. Pada tahun 1852 singkong mulai dibudidayakan di Tanah Jawa dan menjadi sumber bahan pangan pada waktu itu.

Singkong acapkali menjadi simbol makanan kelas bawah, terlebih dengan produk turunan berupa gaplek atau tiwul. Simbol juga identik dengan makanan orang desa, tradisional, tidak modern atau kemiskinan, karena pamornya yang kalah dengan beras. Sangat sulit sepertinya jika singkong harus naik kelas, namun tidak di tangan Hardadi selaku pemilik singkong D9.

Singkong Keju D9

Tahun 2009 dia mulai merintis singkong yang diolah dengan tambahan keju. Awal usaha hanya mengolah singkong sebanyak 5 kg, itu pun acapkali tidak habis. Pemasaran masih dengan cara konvensional, menawarkan dengan tetangga, kenalan, kolega dengan pesan singkat. Order singkong keju Rp 5.000,00 tetap dilayani sampai didepan pintu pemesan. "Acapkali pesanan bukan karena ingin makan singkong, tetapi karean kasihan, sungkan, tidak enak, penglaris", demikian katanya.

Tidak mudah membranding singkong keju. Dia mengenalkan singkong olahannya hanya dari mulut ke mulut dan kemudian menyebar. Tahun 2009 belum ada istilah viral, tidak seperti saat ini. 

Indikator keberhasilan dia mengolah singkong adalah saat orang-orang keturunan Tiong Hoa membeli dan berkata enak, maka itu sudah jaminan. "Kalau orang-orang cina suka dan doyan itu artinya enak dan laku dijual" katanya saat ditanyakan tentang potensi pasar.

Omset Singkong Keju

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun