[caption id="attachment_393654" align="aligncenter" width="512" caption="Mimpi saya menjadi kenyataan duduk di ruang kabin haul truk, walau sedang di parkiri (dok.pri)"]
![14224134341496887676](https://assets.kompasiana.com/statics/files/14224134341496887676.jpg?t=o&v=700?t=o&v=555)
Akhirnya salah satu mimpi saya dikabulkan untuk melihat kendaraan raksasa dari dekat. Dengan dimensi panjang 11x5x7 m truk ini menjadi ikonnya dunia pertambangan, sekaligus sebuah prestis tersendiri. Lebih dari 100 armada dikerahkan PT.NNT untuk mengangkut bebatuan dari perut bumi menuju lokasi pengolahan. Rasa penasaran saya terbayar sudah manakala bisa menyentuh roda setinggi 3x tubuh saya, lalu naik ke ruang kemudi dan duduk dalam kabinnya. Saya berani bertaruh, tak semua orang yang bekerja di tambang ini bisa duduk memegang setir, menyentuh dasboard, menginjak gas dan berteriak seperti anak kecil menemukan mainan baru seharga puluhan miliar rupiah, bahkan 1 rodanya saja bisa mendapat mobil seharga 300an juta.
[caption id="attachment_393656" align="aligncenter" width="512" caption="Komparasi haul truk dengan tubuh manusia. Walaupun sudah melompat, tetap saja dia masih kendaraan raksasa (dok.pri)."]
![14224136451605336167](https://assets.kompasiana.com/statics/files/14224136451605336167.jpg?t=o&v=700?t=o&v=555)
Usai berjibaku dengan monster pemakan dan pengangkut batuan saatnya kami harus belajar tentang bebatuan dalam perut bumi. Setelah berpamitan dengan ibu Oni saatnya kami berguru dari pak Edi sang begawan geologi. Ada yang berbisi "di sini dia dewa batunya" dan saya hanya mengangguk sambil tertawa. Dia menjelaskan tentang koleksinya berupa batangan batu-batu hasil pengeboran ratusan dalam perut bumi. Dari sinilah data perut bumi di batu hijau dikumpulkan, dipetakan lalu dikalkulasi berapa kira-kira jumlah logan berharganya.
[caption id="attachment_393655" align="alignnone" width="640" caption="Pak Edi menjelaskan tentang pirit, yakni urat-urat logam mulia yang salah satunya adalah emas (dok.pri)."]
![14224135311259648359](https://assets.kompasiana.com/statics/files/14224135311259648359.jpg?t=o&v=700?t=o&v=555)
Batu besar berukuran hampir 1,5 diameternya menjadi akhir pertemuan kami menjelang petang ini. Batu yang sudah terbelah ini terdapat guratan-guratan hitam yang kata pak Edi itu adalah pirit atau urat-urat emas dan logam lainnya, sambil menunjukan batu berkilauan yang mengandung logam ferum. Saya hanya terdiam, membayangkan bagaimana proses terjadinya hingga kini hadir menjadi bahan pesolek manusia dalam bentuk logam mulia.
[caption id="attachment_393659" align="alignnone" width="640" caption="Salah satu logam dalam batuan (dok.pri)."]
![1422413798642740504](https://assets.kompasiana.com/statics/files/1422413798642740504.jpg?t=o&v=700?t=o&v=555)