Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Kisah Pencari Logam Mulia di Batu Hijau

28 Januari 2015   16:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:14 1182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_393651" align="aligncenter" width="512" caption="Truk Haul melintas lereng pit. Terlihat tingkatan yang masing-masing setinggi 15m (dok.pri)."]

14224131182106257750
14224131182106257750
[/caption]

Kisah para pencari logam mulia dilanjutkan ibu Oni yang menceritakan tentang teknis pertambangan. Sisi feminim begitu terlihat walau bekerja dilokasi yang kebanyakan diisi kaum maskulin, tetapi di tangan dialah proses penambangan dilakukan. Proses awalnya adalah dengan pembukaan lahan, kemudian tanah lapisan atas di kumpulkan sebagai simpanan untuk meterial remidiasi lahan. Proses seanjutnya adalah penggalian bebatuan secara terbuka yang dinamakan open pit. Pit itu sendiri adalah lokasi pengerukan bahan tambang yang dibuuat secara melingkar mirip kerucut terbalik. Dengan alat berat berukuran puluhan meter batu-batu tersebut di angkut dengan truk haul yang sekali angkut sebanyak 240 ton.

Penyajian dari dewa-dewi tambang ini harus berakhir manakala jam makan siang datang, dan kebetulan ruang rapat hendak dipakai. Saya hanya diam dan menyimpan pertanyaan serta tidak bisa membayangkan apa yang sebenarnya ada di dalam dunia pertambangan. Sebuah nasi kotak, buah apel dan beberapa biskuit menutup pertemuan siang ini manakala pendamping kami Pak Molet, Fajri dan Ari memanggil kami untuk segera naik ke dalam bus.

[caption id="attachment_393652" align="aligncenter" width="512" caption="Seorang peserta NewmontBootcamp sedang mencoba simulator haul truk. Rahma dengan mudah mengendalikan truk raksasa tersebut. Ada 11 wanita yang mengemudikan truk ini dari 100 lebih armada (dok.pri)."]

1422413188839958888
1422413188839958888
[/caption]

Bus yang kami tumpangi melaju pelan dan sang sopir matanya selalu waspada, karena yang dihadapi adalah haul truk yang ukuranya 5x lipat dari armadanya. Di sebuah pos penjagaan, bus kami berhenti karena harus melewati pos pemeriksaan. Bus melaju pelan sambil terus waspada melihat ke seluruh penjuru arah jalan, karena faktor keselamatan adalah yang utama. Saya tidak membayangkan jika monster-monster itu menggilas kendaraan-kendaraan kecil dibawahnya karena begitu besarnya, sehingga setiap kendaraan harus dipasang bendera lebih dari 4 m.

Tujuan pertama kali adalah untuk melihat fasilitas pelatihan bagi karyawan. Bangunan 2 lantai ini menjadi pusat pelatihan baik karyawan baru atau lama. Semua karyawan wajib hukumnya untuk mengikuti pelatihan, terutama karyawan baru, mereka yang lama istirahat, pasca kecelakaan dan program refreshing karyawan lama untuk evaluasi. "Standar penilaian di ruang pelatihan ini sangat ketat, dan untuk lulus harus nol kesalahan dan kecelakaan, jika tidak lulus bisa di ulang atau harus dimutasi atau diberhentikan" kaya pak Untung sebagai salah satu instruktur.

Sebuah ruangan mirip peti kemas menarik perhatian saya. Di dalam ruangan tersebut terdapat simulator haul truk. Sekilas mirip mainan seperti dalam pusat perbelanjaan. terdapat sebuah kabin dengan 1 tempat duduk yang depannya ada dasboard truk, lalu di sekalilingnya depan dan samping terdapat monitor berukuran besar sebagai jendela truk. Inilah awal untuk menjadi sopir truk raksasa ini. Alat simulator ini dirancang kusus untuk mensimulasikan berbagai keadaan dilapangan berkaitan dengan oprasional truk haul. Walau lewat simulator, Rahma nampak antusias mengemudikan truk seharga puluhan miliar ini dalam kondisi hujan walau akhirnya menabrak tebing batu dan kursi bergoyang. Sungguh mainan yang mahal.

Tak lama berselang, kami harus segera meninggalkan camp pelatihan ini untuk meneruskan kunjungan kami. Bus yang membawa kami harus membuntuti haul truk yang berjalan didepan kami dengan menjaga jarak aman 8x panjang bus. Kami berhenti disebuah hutan kecil yang merupakan hasil remidiasi lahan pasca tambang. Beberapa spesies tanaman seperti, Jabon, Lamtoro, Sengon, Gamal dan bermacam jenis semak tumbuh baik ditempat ini. Suara burung dan serangga bersahut-sahutan yang menjadi indikator baiknya ekosistem untuk habitat mereka.

[caption id="attachment_393653" align="aligncenter" width="512" caption="Pusat lubang pit yang berisi ari berwarna biru laut. Warna biru laut ini dihasilkan dari logam-logam yang larut dalam air dan teroksidadi. Nampak pipa-pipa panjang yang berguna menydot ari ini dan memompanya keluar pit. (dok.pri)."]

14224133091670159526
14224133091670159526
[/caption]

Kamipun melanjutkan penjelajahan kami dan saat yang kami tunggu-tunggu tiba juga, yakni melihat lubang raksasa. Kami berhenti dan turun di posko pemantuan yang sedalam 240 m dari muka tanah. Dari sini kami bisa memandang aktivitas di dalam pit. Truk-truk haul nampak berjalan pelan dan beriringan sambil membawa muatanya. Bola-bola pelampung berwarna oranye salin terhubung dari pipa-pipa HDPE untuk menyedot air yang menggenangi pusat pit.

Kami benar-benar terpukau dengan pemandangan yang tak sembarang orang bisa lihat, bahkan berdiri ditempat ini. Pak Edi dan ibu Oni yang menemani kunjungan dengan semangat menjelaskan kami seputar pekerjaan mereka yang menggali perut bumi. Saya teringat monitor besar dekat MMA yang menuliskan jadwal Blasting pukul 03.00, tetapi waktunya sudah terlewat dan kemungkinan dibatalkan. Sepetinya telinga operator juru bom ini panas, maka 10 menit kemudian ledakan dasyat mengguncang dinding pit. Kecepatan suara 340 m/s membaut kami 4 detik terlambat mendengar manakala asap putih sudah mengepul sembari di iringi hujan rintik-rintik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun