Yaitu kondisi anak  masa pubertas yang mudah berubah keadaan perasaan dan kejiwaannya dari yang sedih berubah menjadi marah, sering marah-marah dikarenakan sesuatu yang tidak jelas.
Jadi anak masa pubertas cenderung belum dapat berpikir sebelum bertindak. Masih labil. Â
Pada masa pubertas anak mencari jati diri, di mana pada masa ini hormon dan mental  masih jumpalitan tak terkendali. Saat menghadapi trial and error berkali-kali hanya demi menjawab pertanyaan, " siapa aku ini ? ". Pada fase inilah diharapkan muncul seorang figur guru sebagai penolong anak-anak masa pubertas.    Â
Lingkungan mempengaruhi anak masa pubertas
Ada perkataan bijak dari rekan guru BK yang telah purnatugas yang selalu saya ingat, katanya :
" Mengasuh anak masa pubertas dapat diandaikan bermain layangan. Â Apabila orang tua / guru menarik talinya terlalu dekat, layangan tidak akan bisa terbang. Namun bial orang tua / guru membiarkan talinya terlalu jauh, layangan tersebut akan putus karena angin yang kencang, atau hal lain bisa menyangkut di pohon ".
Begitu jugs dengan anak masa pubertas, cenderung tidak berpikir panjang sebelum bertindak. Maunya bebas. Jika orang tua / guru terlalu mengekang anak, yang terjadi adalah anak tidak mampu berkembang secara mandiri. Adalah normal anak akan melepaskan diri dari kekangan orang tua. Ketika hal ini terjadi, lingkungan sosial , terutama teman sebayanya akan menjadi " pelarian " utamaa si anak.
Apabila ternyata lingkungan sosial tempat anak biasa bermain , berkumpul memiliki kecenderungan untuk melakukan " kenakalan remaja ", tanpa berpikir panjang anak juga akan berpotensi besar melakukan hal yang sama dengan dilakukan kelompoknya. Beginilah gambaran anak masa pubertas yang cenderung hanya ikut-ikutan, mudah terbawa arus pergaulan.Â
Dalam memberikan nasehat/motivasi Sering sekali saya selaku guru mengatakan  terkait sikap ikut arus ini.Â
" Sumber keberhasilan banyak, namun Bapak akan memberikan salah satu sumber kegagalan yaitu, ikut arus. Saat teman sebaya nongkrong tak jelas setiap hari sambil merokok, kamu akhirnya ikut melakukan hal yang sama. Namun saat teman mu yang lain sibuk dengan kegiatan berkualitas (belajar dan berdiskusi) kamu malah mengabaikannya.  Hal ini bisa menjerat mu, saat kamu mulai terbiasa  tanpa sadar kamu akhirnya tenggelam, karena terbawa arus". Â
Hal yang sama juga dapat terjadi apabila orang tua/ guru terlalu membebaskan anak. Perbedaannya adalah, bahwa anak yang di bebaskan tidak merasakan tekanan sebesar apa yang dirasakan oleh anak yang di kekang. Sehingga dorongan untuk memberontak  cenderung lebih kecil dibandingkan dengan anak yang di kekang.Â