Mohon tunggu...
dharma simatupang
dharma simatupang Mohon Tunggu... Guru - Guru Fisika SMK N 2 Pematangsiantar

^^Anugrah Ilahi membuat ku membumi^^

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Segitiga Kerja bagi Guru, Haruskah?

12 Agustus 2021   22:29 Diperbarui: 14 Agustus 2021   07:15 823
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gutu mengajar sekolah tatap muka. (Foto: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)

Sebelum mengarungi pembelajaran ditahun ajaran baru, sudah menjadi agenda rutin dengan mengawalinya dengan mengadakan Rapat Kerja Dewan Guru. 

Rencana program kerja pun dipaparkan dan biasanya rapat itu diakhiri dengan membacakan nama-nama strukutur inti selama 1 tahun ajaran di sekolah. Akhirnya, Kepala Sekolah pun menutup rapat kerja dewan guru dengan tidak lupa jargon Kerja... Kerja... Kerja...

Yang dimaksud struktur inti disini adalah yang berisikan Kepala sekolah beserta beberapa orang guru yang diberikan amanah berupa tugas tambahan selain tugas pokok sebagai seorang guru. 

Seperti yang ada di sekolah ku : tugas tambahan sebagai Wakil kepala sekolah, Ketua jurusan, Kepala bengkel, Kepala unit produksi, Kepala Laboratorium, Kepala Perpustakaan dan wali kelas. Dan semua guru yang mendapat tugas tambahan ini dipilih langsung oleh kepala sekolah. Ini adalah hak kepala sekolah. 

Berdasarkan pasal 3 Permendikbud Nomor 15 tahun 2018, tentang pemenuhan kerja guru, kepala sekolah dan pengawas, dinyatakan bahwa pelaksanaan beban kerja guru selama 37,5 jam per minggu. Adapun tugas pokok guru sebagai berikut :

1. Merencanakan pembelajaran dan bimbingan

2. Membimbing dan melatih peserta didik

3. Menilai hasil pembelajaran dan bimbingan

4. Meningkatkan kualifikasi akademik

5. Melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan tugas pokok sesuai dengan beban kerja guru.

Tugas tambahan tadi diekuivalensi dengan 12 jam tatap muka per minggu kecuali wali kelas diekuivalenkan 2 jam tatap muka per minggu.

Pada tahun ajaran ini saya kembali masih dipercaya kepala sekolah menangani laboratorium IPA dan menjadi wali kelas X. 

Di sekolah saya budaya kerja yang dianut adalah budaya kekeluargaan. Selalu mengedepankan rasa kebersamaan dan kekeluargaan. Dengan kepala sekolah sebagai mentor / kepala keluarga. Dan saya ( juga guru yang lain ) tidak bisa memilih atasan ( kepala sekolah ).

Dampak negatif budaya kekeluargaan ini adalah :

Pertama, Membuat regenerasi struktur inti sangat jarang terjadi. Setiap tahun toh tetap orang yang sama mendapat tugas tambahan yang dipegangnya sebelumnya. Syukur-syukur jika kinerjanya mantap. Seakan ada kesungkanan pimpinan melengserkan (karena menjaga perasaan/ hubungan ).

Walaupun aspek kinerja guru yang mendapat tugas tambahan itu kurang maksimal. Akhirnya saya sudah biasa melihat seorang guru itu memegang tugas tambahan sampai pensiun, tidak ada pergantian sama sekali.

Kedua, Tentunya fenomena ini membuat guru yang lebih muda jengah. Dibatasi mengaktualisasikan diri. Dibuat menunggu masa berkreasi karena alasan senioritas. 

Sudah bukan rahasia lagi bahwa banyak guru - guru yang mengalami hal ini . Terakhir guru tadi kurang terlibat dan hanya menjadi penonton kejadian di sekolahnya. 

Ketiga, Membuat guru tidak terlena. Guru yang ingin maju dan membawa perubahan akan semakin mantap tetapi guru yang setengah - setengah akan semakin merosot. Tak punya gairah untuk mengembangkan diri, toh tiap awal bulan gajian kok. 

Karena saya meyakini menjadi guru adalah panggilan hidup, tentunya saya akan mengerjakan tugas pokok semaksimal mungkin dan menerima tugas tambahan itu serta mengerjakannya dengan memberi yang terbaik. 

Saya akan menjalaninya all out tidak setengah-setengah. Saya tekankan untuk bisa lebih mendalami dan menikmati tugas pokok dan tugas tambahan ini. Saya selalu menganggap bahwa setiap hari adalah hari penting. Saya mengingat " segitiga kerja "

Memiliki Segitiga Kerja 

"Kerja Keras, Kerja Cerdas, Kerja Ikhlas" adalah segitiga kerja. Pilih mana?

Seorang guru sejatinya harus memiliki segitiga kerja itu, mengapa? Karena di antara ketiganya komponen tersebut saling mempengaruhi satu sama lain. Guru tidak bisa memiliki satu di antara tiga komponen tersebut, tetapi segitiga kerja harus dimiliki semua. 

Untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan, tidak hanya pikiran dan tenaga yang kita keluarkan. Melainkan ada kata hati yang harus kita ikuti. Kata hati dapat menentukan bagaimana kualitas tenaga dan pikiran yang kita keluarkan. 

Segitiga kerja dapat maksimal diterapkan jika di mulai dari pembiasaan setiap hari. Berikut ini adalah langkah-langkah kebiasaan ( habbit ) yang dapat dilakukan oleh guru :

Pertama, Mereview pencapaian dan detail merencanakan persiapan.

Guru akan bertindak berdasarkan informasi dan proses yang sudah berhasil atau yang kurang berhasil bagi dirinya. Melakukan review dan memperbaiki proses yang kurang berhasil. Tujuan ditetapkan dengan perincian tahapan perencanaan matang.

Kedua, Membuat skala prioritas.

Melakukan identifikasi dan fokus pada tugas -tugas yang penting dan memiliki waktu mendesak. Guru perlu mencatat supaya membantu fokus. Guru harus mengatakan " tidak " untuk tugas -tugas yang tidak penting dan tidak mendesak. Ingatlah, bahwa guru yang produktif memiliki work life balance. 

Ketiga, Mengatur pekerjaan dengan sebaik-baiknya. 

Guru produktif akan paham akan kekuatan dan kelemahannya. Dia akan memiliki alur kerja dan dapat menyederhanakan proses. dengan tepat.

Keempat, Membuat menjadi kebiasaan kunci. 

Ini tentang apa yang guru lakukan secara konsisten dan progresif yang membuatnya brrbeda. Contohnya, mengembangkan kebiasaan kunci seperti membaca dan menulis, berolahraga. 

Kelima, Berkomitmen untuk terus melakukan perubahan. 

Perbedaan penting antara guru produktif dan tidak produktif adalah kemampuan untuk terus berkembang dan maju. 

Siapa punyang ingin menjadi lebih pintar, lebih cepat, lebih efisien dan lebih efektif harus terus mengevaluasi diri, membaca buku, mengikuti seminar, kursus dan melakukan hal lain yang membuatnya lebih maju.

Semoga bermamfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun