Mohon tunggu...
Dhani Apriandi
Dhani Apriandi Mohon Tunggu... Notaris - Seorang Notaris

Bukan Penulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menyikapi Pubertas Anak

13 Agustus 2021   10:25 Diperbarui: 13 Agustus 2021   10:29 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Apabila ternyata orang tua belum mampu untuk menjawab salah satu atau lebih pertanyaan yang diajukan oleh anak, maka orang tua dapat memberitahukan anak untuk menjadikan pertanyaan itu sebagai PR yang akan dijawab nanti.

Namun harus selalu diingat, bahwa istilah PR yang dilontarkan oleh orang tua, dapat dimaknai oleh anak sebagai sebuah janji. Oleh karena janji haruslah selalu ditepati, maka PR tadi harus selalu dipenuhi.

Selain memberikan jawaban, orang tua juga harus memberikan inspirasi bagi anak selama fase pubertasnya. Orang tua harus memberikan inspirasi-inspirasi luhur dengan cara yang elegan, sehingga anak dapat meresapinya dengan baik.

Pemberian inspirasi luhur secara elegan terhadap anak menjadi sangat krusial. Karena, selain bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran pada anak, juga bertujuan agar anak dapat hidup dengan nilai-nilai elegansi.

Tak lupa, orang tua juga harus menginfiltrasikan nilai-nilai moral dan agama ke dalam pemikiran anak. Tanamkan kepada anak bahwa moral dan agama adalah payung penting untuk mengarungi kehidupan secara tepat.

Ajarkan pula anak untuk meresapi secara mendalam setiap peristiwa yang dialaminya dalam kehidupan. Ini dilakukan untuk mencegah agar anak tidak terjerumus ke dalam pola pikir yang dangkal terhadap fenomena dalam kehidupannya.

Setiap anak pada dasarnya terlahir dengan pikiran yang dangkal. Kedangkalan ini terlukiskan dengan jelas dalam perilaku keseharian anak, seperti misalnya minum air hanya saat merasa dahaga saja. Padahal, minum haruslah sesuai dengan takaran yang telah direkomendasikan.

Kedangkalan dalam berpikir dapat membahayakan eksistensi anak. Ketika anak tumbuh dalam kedangkalan, maka ia akan menjadi sosok yang bebal, keras kepala, egois, dan lain sebagainya.

Terakhir, orang tua harus dapat memberikan motivasi kepada anak. Ketika anak berada dalam fase pubertas, maka ia akan dirundung oleh rasa pesimis-kritis. Oleh karena itu, motivasi yang diberikan akan menjadi godam yang dapat menghancurkan rasa pesimis-kritis tersebut.

Orang tua harus memberikan motivasi yang dapat membakar gairah semangat anak. Jika orang tua masih mengingat fase pubertasnya dahulu, maka sampaikan itu kepada anak. Kisah nyata selalu mampu menjadi bahan bakar bagi semangat.

Menceritakan apa yang orang tua lakukan ketika ia berada dalam fase pubertasnya dulu, akan cenderung lebih mudah diserap oleh anak. Pada titik ini, orang tua harus memberikan pemahaman tentang makna kesuksesan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun