Mohon tunggu...
Dhani Apriandi
Dhani Apriandi Mohon Tunggu... Notaris - Seorang Notaris

Bukan Penulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menyikapi Pubertas Anak

13 Agustus 2021   10:25 Diperbarui: 13 Agustus 2021   10:29 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Perubahan emosi pada fase ini dapat membuat anak menjadi kebingungan, sedih, bernafsu dan lain sebagainya. Hal ini dikarenakan terjadinya perubahan pada fisik dan pola pemikirannya, yang tidak ia pahami.

Sementara perubahan pada pemikiran, membuat rasio dan logika anak mulai menajam. Ketika rasio dan logika anak mulai menajam, maka ia mulai mampu untuk mengabstraksikan pemikirannya melalui imajinasinya, meskipun belum optimal.

Sedangkan perubahan pada perilaku, memicu anak untuk mulai memperhatikan penampilannya dan mengeksplorasi dirinya akibat munculnya kesadaran dan kompulsi keingintahuan yang kuat dari dalam dirinya.

Selama fase pubertas berlangsung, batin anak akan dipenuhi dengan berbagai gejolak. Lalu, gejolak ini melahirkan berbagai pertanyaan di dalam pikirannya, sehingga ia akan mencoba untuk menjawabnya dengan segala daya dan upaya.

Namun karena keterbatasannya, peluang gagal untuk menjawab semua pertanyaan itu sangat besar. Pada akhirnya, pikirannya mulai berkecamuk tiada henti. Pada titik inilah, anak memerlukan bantuan, terutama dari orang tuanya.

Peran Strategis Orang tua

Memahami situasi psikis anak selama masa pubertasnya berlangsung menjadi penting bagi orang tua. Ketika pikiran anak sedang berkecamuk, maka hendaklah orang tua mengajak anak untuk menjalin komunikasi dengannya.

Komunikasi antara orang tua dan anak adalah gerbang bagi orang tua agar dapat memasuki alam pikiran anaknya. Dengan begitu, orang tua akan mampu menggali berbagai pertanyaan yang bergelayutan dalam pikiran anaknya.

Ketika jalinan komunikasi terjadi, orang tua harus mempersilahkan anaknya untuk mengungkapkan segala kegelisahan yang sedang merundungnya. Dan, pada momen ini, orang tua dituntut untuk menjadi pendengar yang baik.

Menjadi pendengar yang baik, berarti membiarkan anak meluapkan keluh kesahnya kepada kita tanpa menginterupsinya sedikitpun. Dalam proses ini, orang tua juga perlu untuk bersimpati dan berempati terhadap situasi anak.

Berikan pandangan atau jawaban kepada anak ketika ia sudah memerlukannya. Orang tua harus selalu berupaya untuk menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh anak secara arif dan bijaksana agar melahirkan ketenangan bagi anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun