Mohon tunggu...
Dhafin Pradana Putra
Dhafin Pradana Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 20107030056

Hanya seorang remaja biasa dari Yogyakarta yang bermimpi menggapai semua mimpi-mimpinya. Suka Berdiskusi sambi Bincang-bincang hal yang seru dan gajelas, Berolahraga, Jalan-Jalan Travelling (kalo ada uang hahaha), dan masih banyak lagi. So enjoy the content!

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Fakta Euro 2020: Hongaria, Bukti Nyata Menghidupkan Kembali Persepakbolaan yang Telah Lama Mati

29 Juni 2021   19:40 Diperbarui: 29 Juni 2021   19:52 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Antusiasme dan totalisme suporter dalam mendukung Hongaria. (Dok. instagram.com/mlsztv)

Walaupun Timnas Hongaria pada awalnya mungkin hanya dianggap layaknya samsak di Euro 2020, namun mereka menunjukkan performa yang layak diacungi jempol. Bagaimana tidak? Mereka sendiri berada di grup F yang berisikan Jerman, Perancis, serta Portugal.

Jerman merupakan Juara Dunia 2014, Perancis Juara Dunia 2018 dan juga Runner Up Euro edisi sebelumnya, serta Portugal yang berstatus Juara Bertahan turnamen ini (Euro 2016). Bisa dikatakan grup F ini merupakan grup "neraka". Walaupun begitu Hongaria cukup pede menatap Euro 2020 ini.

Di pertandingan pertama mereka berjumpa Portugal terlebih dahulu. Pertandingan tersebut dilangsungkan di Budapest tepatnya di Puskas Arena. Dihadapan pendukung mereka sendiri yang memadati stadion, Hongaria tampil cukup mengesankan di pertandingan itu terlepas hasilnya mereka kalah melawan sang juara bertahan, Portugal dengan skor 0-3. Gol-gol yang dihasilkan oleh Portugal terjadi pada menit-menit akhir babak kedua. Raphael Guerreiro baru memecah kebuntuan di menit ke 84. Lalu mega bintang Cristiano Ronaldo menyumbang dua gol, masing-masing melalui penalti di menit 87 dan gol keduanya dicetak di menit 90+2.

Di matchday kedua mereka menjamu juara dunia 2018, Perancis. Hongaria tampil cukup solid dan sering menghasikan serangan balik yang berbahaya di paruh pertama. Alhasil pada penghujung babak pertama, Attila Fiola berhasil membobol gawang Perancis yang dikawal Hugo Lloris. Di babak kedua Hongaria hanya bermain bertahan dan sesekali melakukan counter attack, karena Perancis menaikkan tempo serangannya. Alhasil Perancis menyamakan kedudukan lewat gol Antoine Griezmann di menit 66. Sampai pertandingan usai tidak ada gol yang tercipta lagi dan skor sama kuat 1-1.

Di laga pamungkas grup F, Hongaria berjumpa dengan Jerman yang sedang onfire karena di pertandingan sebelumnya mereka (Jerman) berhasil membekuk portugal 4-2 demi mengamankan asa untuk melaju ke babak selanjutnya. Seperti biasa selama pertandingan berlangsung, Hongaria hanya bisa bermain bertahan sambil menunggu melakukan serangan balik. Sedangkan Jerman terus-menerus melancarkan "serangan 7 hari 7 malam". Namun Jerman sempat kecolongan di menit 11 berkat gol sundulan kapten Hongaria, Adam Szalai yang menjadikan keunggulan bagi Hongaria 1-0. Paruh pertama ditutup dengan Hongaria memimpin dengan skor 1-0.

Salah satu pemain Hongaria melakukan selebrasi seusai timnya mencetak gol. (https://instagram.com/mlsztv)
Salah satu pemain Hongaria melakukan selebrasi seusai timnya mencetak gol. (https://instagram.com/mlsztv)

Di paruh kedua, dengan keunggulan 1-0 Hongaria makin bersemangat meladeni permainan Jerman. Awal babak kedua Jerman sempat buntu karena tangguhnya lini pertahanan Hongaria serta sang penjaga gawang, Peter Gulasci yang tampil gemilang.

Jerman baru bisa menyamakan kedudukan pada menit 66 melalui gol tandukan Kai Havertz, Skor menjadi sama kuat 1-1. Tapi tak butuh waktu lama bagi Hongaria untuk kembali unggul. Diawali dengan serangan cepat, Andras Schafer yang lolos dari penjagaan mampu mengejar bola dan akhirnya menceploskan bola ke gawang Manuel Neuer di menit 68, skor pun menjadi 2-1. Jerman yang tak mau kalah melancarkan serangan bertubi-tubi ke lini pertahanan Hongaria. Pada menit ke 84 Jerman mampu menyamakan kedudukan melalui gol Leon Goretzka, skor sama kuat 2-2.

Sampai pertandingan berakhir, tidak ada gol yang tercipta lagi. Hongaria gagal lolos ke babak selanjutnya karena hanya mengumpulkan 2 poin saja dengan hasil 2 kali imbang dan 1 kalah. Perancis lolos sebagai juara grup dengan mengumpulkan 5 poin, diikuti Portugal dan Jerman yang sama-sama mengumpulkan 4 poin. Jerman tetap lolos ke babak selanjutnya karena merupakan tim peringkat 3 terbaik.

Walaupun tidak lolos ke babak playoff, Hongaria tampil impresif dan solid selama babak penyisihan grup. Mereka mampu menyulitkan juara bertahan Portugal walaupun pada akhirnya mereka kalah dengan skor 0-3. Lalu saat melawan tim favorit juara Perancis, Hongaria mampu unggul lebih dulu di paruh pertama. Terlepas tidak mampu mempertahankan keunggulan karena Perancis menyamakan kedudukan, mereka dapat menahan imbang Perancis dengan skor 1-1. Lalu di laga pamungkas, mereka mampu memberi tekanan ke Jerman. Jerman harus bersusah payah untuk mencetak gol ke gawang Hongaria, yang mana mereka sempat tertinggal terlebih dahulu. Dan Skor pun berakhir imbang 2-2.

Fakta unik tersebut kemudian jadi bahan perbincangan hangat jagat sepak bola. Salah satu situs di Indonesia yang kritis terhadap sepak bola, The Flanker, memaparkan mengapa Hongaria perlahan namun pasti mengalami perkembangan yang cukup bagus di bidang sepak bola.

https://www.instagram.com/p/CQTpmcmlOry/?utm_medium=copy_link
https://www.instagram.com/p/CQTpmcmlOry/?utm_medium=copy_link
Dikutip dari The Flanker, Hongaria sendiri memang tak ada di persaingan sepak bola dunia di lebih dari 5 dekade. Namun, di medio 1930-50, semua tim akan menunduk hormat di hadapan Hongaria yang dikomandoi Ferenc Pusks. Mereka meraih medali emas Olimpiade 1952, dan menaklukkan Inggris di tanah kelahiran sepak bola, dan masuk final Piala Dunia 1954.


Talenta genius tidak lahir tiba-tiba. Sepak bola telah menjadi identitas dan harga diri Hongaria sejak awal abad 20. Bubarnya 'The Mighty Magyars' bukan karena Hongaria kehilangan talenta, melainkan kelakuan rezim komunis yang tak mampu mengurusnya.

The Flanker mengatakan bahwa, Selama 20 tahun usai keruntuhan Soviet, baru dua kali klub Hongaria lolos ke kompetisi Eropa. Mereka sama sekali tak mengharapkan timnas yang terus-terusan kalah. Atas nama kecintaan, Victor Orban, Perdana Menteri Hongaria, mengeluarkan anggaran jorjoran untuk membangun kembali kejayaan sepak bola Hongaria.

Untuk menjadikan sepak bola isu yang penting, Orban mendirikan Pusks Akademia di Felcst, kampung halamannya yang berada di pinggiran Budapest, beserta stadion megah bernama Pancho Arena. Stadion itulah tempat Orban menghabiskan akhir pekan dan menjadi ruang pertemuan para elite. Cukong-cukong kelas kakap Hongaria rela datang ke Pancho Arena bukan untuk menonton sepak bola, tapi berusaha mencuri perhatian untuk lobi-lobi. Orban meminta para konglomerat untuk mau mendanai sepak bola.

Para pemain Hongaria melakukan sesi foto saat sebelum bertanding melawan Jerman. (Dok. https://instagram.com/mlsztv)
Para pemain Hongaria melakukan sesi foto saat sebelum bertanding melawan Jerman. (Dok. https://instagram.com/mlsztv)

The Flanker juga membeberkan fakta bahwa lewat kebijakan pajak dan pemaksaan terhadap para pelaku bisnis, pemerintah Hongaria berhasil menghimpun dana tidak kurang dari 2 miliar euro untuk merevitalisasi 32 stadion, memperbaiki federasi, dan liga.

Sayang, investasi jorjoran tak menuai apa pun. Orban memang sempat ikut bungah ketika dua pemain berkebangsaan Hongaria tampil di semifinal Liga Champions. Namun, klub dan timnasnya tak pernah benar-benar diperhitungkan. Orban mengambil jalan singkat untuk membuat Hongaria sejajar dengan negara Eropa lainnya yakni dengan Menjadi salah satu tuan rumah Euro 2020. Budapest berhasil masuk salah satu tuan rumah dalam format baru penyelenggaraan Piala Eropa yang tidak berpusat di satu negara.

Yang baru-baru ini, Orban mengajukan Budapest bakal menggantikan London sebagai tuan rumah semifinal dan final Euro 2020. Inggris mendadak mengalami kenaikan jumlah kasus COVID-19. UEFA sejauh ini masih tetap menjadikan Stadion Wembley untuk laga pemungkas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun