Mohon tunggu...
dewi wulan gustina
dewi wulan gustina Mohon Tunggu... Mahasiswi Program Studi S1 Pariwisata Universitas Gadjah Mada

Mahasiswi tahun pertama yang tertarik dengan dunia public speaking dan memiliki hobi menulis tentang travel trip

Selanjutnya

Tutup

Trip

Film-Induced Tourism : Pengaruh Film 5cm Terhadap Daya Tarik Pariwisata Gunung Semeru

3 Juni 2025   19:57 Diperbarui: 3 Juni 2025   20:08 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Film memiliki kekuatan luar biasa untuk menggugah emosi, membentuk opini, dan bahkan mengubah tren pariwisata. Dalam dekade terakhir, konsep film-induced tourism atau pariwisata yang dipicu oleh film telah menjadi fenomena global, termasuk di Indonesia. Ketika sebuah film berhasil menggambarkan keindahan suatu tempat dengan kuat dan menyentuh, penonton tak hanya terhibur namun juga terdorong untuk datang dan mengeksplorasi sendiri lokasi yang mereka lihat di layar  (Cardoso et al., 2017; Liu et al., 2020).

Salah satu contoh paling mencolok di Indonesia adalah film “5cm” (2012). Film ini tidak hanya sukses secara komersial, tetapi juga memberi dampak nyata pada sektor pariwisata, khususnya terhadap peningkatan jumlah pendaki ke Gunung Semeru. Film yang awalnya menceritakan perjalanan lima sahabat ini berubah menjadi pemicu gelombang besar minat masyarakat terhadap pendakian gunung, khususnya ke Mahameru yang merupakan puncak tertinggi di Pulau Jawa (Rizal, 2014).

Disutradarai oleh Rizal Mantovani dan diadaptasi dari novel karya Donny Dhirgantoro, “5cm” membawa penonton menyusuri perjalanan emosional dan fisik lima sahabat yang menantang diri mereka untuk menaklukkan puncak Semeru. Keindahan visual yang disuguhkan seperti sunrise di Ranu Kumbolo, hamparan bunga verbena di Oro-oro Ombo, hingga kabut misterius di Kalimati berhasil menanamkan rasa kagum sekaligus keinginan kuat untuk menjelajah langsung lokasi – lokasi tersebut (Rizal, 2014).

Film memiliki kekuatan besar dalam memengaruhi tren pariwisata, seperti yang terlihat dari dampak film “5cm” terhadap peningkatan kunjungan ke Gunung Semeru. Film ini berhasil menciptakan daya tarik emosional dan visual yang kuat, sehingga mendorong banyak orang, terutama generasi muda, untuk mengunjungi lokasi syutingnya. Fenomena ini dikenal sebagai film-induced tourism, di mana narasi dan estetika sinematik memengaruhi keputusan wisatawan. Popularitas destinasi setelah muncul dalam film menunjukkan bahwa media visual dapat menjadi alat promosi pariwisata yang efektif, bahkan lebih kuat dari iklan konvensional (Wijaya and Rosikha, 2020; Ophiolita, Sari and Komunikasi, 2022).

Potensi besar ini seharusnya dimanfaatkan secara strategis oleh pemerintah dan industri kreatif untuk mempromosikan destinasi – destinasi wisata lain di Indonesia. Kolaborasi antara sineas, dinas pariwisata, dan komunitas lokal dapat menghasilkan film – film berkualitas yang tidak hanya menghibur, tetapi juga memperkenalkan kekayaan alam dan budaya Nusantara. Dengan pendekatan yang terencana, film bisa menjadi medium untuk menyampaikan pesan pelestarian lingkungan, kearifan lokal, serta nilai – nilai budaya kepada publik luas, menjadikan pariwisata tidak hanya populer tetapi juga berkelanjutan (Yudaninggar and Ajibulloh, 2019; Mulyadi and Sunarti, 2020).

Namun, meningkatnya jumlah wisatawan juga membawa risiko kerusakan lingkungan dan tekanan terhadap ekosistem. Oleh karena itu, keseimbangan antara promosi dan konservasi harus dijaga melalui kebijakan pembatasan kuota, edukasi wisatawan, dan pelibatan masyarakat lokal sebagai pelindung alam. Film tidak hanya bisa menjadi pemicu wisata, tetapi juga sarana edukasi jika mampu menyampaikan pesan tanggung jawab terhadap lingkungan (Liu et al., 2020). Setelah film dirilis, Gunung Semeru mengalami lonjakan signifikan jumlah pendaki. Data dari Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS) menunjukkan bahwa angka kunjungan meningkat tajam, khususnya dari kelompok muda dan komunitas pecinta alam yang terinspirasi langsung dari film tersebut. Bahkan muncul istilah "pendaki 5cm" yang merujuk pada mereka yang baru mulai mendaki karena terinspirasi film ini. Namun, popularitas ini bukan tanpa konsekuensi. Meningkatnya aktivitas pendakian membawa ancaman kerusakan lingkungan seperti sampah, erosi jalur, dan gangguan pada ekosistem lokal. Menyikapi hal ini, pihak pengelola mulai membatasi kuota pendakian harian dan menerapkan prinsip zero waste dengan lebih tegas (Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, 2012).

Mount Semeru at sunrise (Sumber Foto  : Travellerspoint Travel Communit/Pinterest)
Mount Semeru at sunrise (Sumber Foto  : Travellerspoint Travel Communit/Pinterest)

Film memiliki kekuatan besar dalam membentuk opini publik dan memengaruhi tren pariwisata, sebagaimana terlihat dalam fenomena film-induced tourism yang berkembang di Indonesia. Contoh paling menonjol adalah film “5cm” (2012) yang, selain sukses secara komersial, mendorong lonjakan jumlah pendaki ke Gunung Semeru dengan menggambarkan keindahan alam dan nilai persahabatan secara emosional dan visual. Fenomena ini menunjukkan bahwa film dapat menjadi alat promosi destinasi wisata yang sangat efektif. Oleh karena itu, pemerintah dan pelaku industri kreatif perlu memanfaatkannya secara strategis untuk memperkenalkan destinasi lain dengan pendekatan berkelanjutan, menggabungkan hiburan, budaya, dan edukasi lingkungan. Namun, dampak positif ini juga membawa tantangan, seperti meningkatnya tekanan terhadap ekosistem dan potensi kerusakan lingkungan. Untuk itu, pengelolaan yang bijak seperti pembatasan kuota pendakian dan penerapan prinsip zero waste harus diterapkan agar keseimbangan antara promosi dan konservasi tetap terjaga.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun