Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

"Jakarta Bisa Sih Jadi Tuan Rumah Olimpiade, Tapi..."

19 Desember 2018   20:52 Diperbarui: 20 Desember 2018   04:59 932
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: The Comeback

Tapi, bukan berarti modal pengalaman bisa memuluskan jalan menuju kemenangan jadi tuan rumah Olimpiade dan Paralimpiade, ya. Ada catatan penting yang harus disampaikan karena, ya menjadi penyelenggaraan pesta olahraga dunia enggak gampang. Oke, saya akan jelaskan hal tersebut.

Pertama-tama, yang paling krusial nih, soal negara-negara peserta Olimpiade juga Paralimpiade. Pokoknya semua negara-negara di dunia harus ikut, nggak ada kata tapi. Pengen menolak satu negara karena paham politik? No no no, olahraga adalah wilayah yang bebas politik; haram untuk ikut campur di dalamnya.

Masalahnya, Indonesia negara dengan mayoritas muslim sebagaimana negara-negara di dunia Arab, udah tau negeri ini pro Palestina dan selalu bersama untuk kemerdekaan Palestina. Demi kelancaran pelaksanaan Olimpiade nanti, boleh enggak, untuk sementara Indonesia menerima kedatangan atlet dari Israel? Please, jangan menolak mereka, ya!

Maaf, bukan saya membela negara Zionis itu. Tapi, sesuai ketentuan internasional, semua negara harus hadir dan dilayani dengan baik oleh tuan rumah tanpa terkecuali. Enggak malu tuh, Indonesia "dikucilkan" IOC gara-gara menolak Israel dan Taiwan dalam gelaran Asian Games 1962 dan diusir dari kepesertaan Olimpiade Tokyo 1964? Semoga kejadian tersebut jadi pelajaran, ya.

Kemudian, masalah waktu pelaksanaan. Indonesia kayaknya nggak bisa milih jadwal sesuka hati seperti Asian Games yang dilaksanakan pada bulan kemerdekaan dan SEA Games yang dihelat pada akhir tahun. Ada ketentuannya memang. 

Olimpiade harus dilaksanakan pada akhir Juli-akhir Agustus dan Paralimpiade dua minggu setelah Olimpiade resmi ditutup, jadi mau nggak mau Indonesia harus buat jadwal pertandingan mengikuti ketentuan tersebut. Hal itulah yang membuat Qatar gagal mewujudkan impiannya jadi tuan rumah Olimpiade gara-gara waktu gelaran di penghujung tahun; yang notabene-nya di luar jadwal resmi Olimpiade.

Walaupun begitu, Indonesia masih lebih beruntung ya. Soalnya di akhir Juli sudah masuk musim kemarau, jadi nggak masalah pertandingan dilaksanakan tanpa diganggu hujan. Dan, karena Indonesia beriklim tropis (semoga nggak berubah) jadi panasnya nggak terlalu ekstrim seperti yang tengah dihadapi Tokyo tahun 2020 nanti, jadi masih okelah.

Lalu, bagaimana dengan panitianya? Nah, ini yang membuatku harus diperbaiki lagi pada gelaran multievent olahraga sedunia. Pasalnya, pada kenyataannya pada dua gelaran pesta olahraga se-Asia, panitia Asian Games dan panitia Para Games dipisah. 

Walaupun emang gak bisa disatukan karena perbedaan afiliasi dan belum ada kesepakatan untuk bareng-bareng, toh kulihat kedua panitianya (INASGOC dan INAPGOC) jalan bersama-sama. Jadi, nggak masalah kalau kepilih untuk jadi tuan rumah pada 2032 dan diminta panitia jadi satu, tinggal sedikit penyesuaian aja. 

Terus, untuk kinerjanya di segala aspek termasuk transportasi dan makanan, kurasa sangat-sangat baik, tinggal jadi pelajaran dan bekal untuk gelaran olahraga ke depannya, kok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun