Mohon tunggu...
Dewi Indriati Sukma
Dewi Indriati Sukma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Karya, tuangkan pikiran dalam tulisan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bias Gender Terhadap Perempuan dalam Drama Korea "The World Of The Married"

9 April 2021   08:42 Diperbarui: 9 April 2021   13:19 623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Disaat seluruh dunia sedang menghadapi virus covid-19 yang tengah ramai diperbincangkan membuat kita harus menaati segala protokol kesehatan yang ada dan mengharuskan kita untuk dirumah saja demi menurunkan angka penularan covid-19 ini. seringkali rasa bosan membuat kita jenuh dan bingung mau melakukan kegiatan apa. Tidak sedikit orang yang menggunakan waktu luang tersebut hanya bersantai di rumah sembari memanjakan diri dengan tontonan di layar kaca. Banyak orang turut memanfaatkan pesatnya teknologi masa kini dengan mengakses situs film streaming untuk menikmati tontonan yang lebih luas. Salah satunya Drama Korea atau biasa dikenal dengan sebutan Drakor yang menjadi salah satu produk hallyu atau gelombang korea yang paling digemari. Bahkan tontonan populer yang satu ini tidak hanya bergengsi di negeri ginseng saja, melainkan telah merambat ke negara-negara besar, termasuk Indonesia.

Menurut hasil survei Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menunjukkan 842 dari 924 responden atau setara 91,1% menonton drama Korea selama wabah. Jumlah ini meningkat 3,3% dari sebelum pandemi. Bahkan 8% responden mengaku sebagai penonton baru. Secara jenis kelamin, 92,6% penonton adalah perempuan. Dari seluruh responden yang mengaku menonton drama Korea, 41,3% di antaranya mengaku melakukannya lebih dari enam kali dalam seminggu. Durasi menonton pun turut meningkat dari rata-rata 2,7 jam per hari sebelum pandemi, menjadi 4,6 jam. Tetapi tidak menutup kemungkinan miniseri drama korea ini akan terus meningkat setelah masa pandemi ini berakhir, bahkan sebelum pandemi ini ada, drakor sudah digemari oleh seluruh kalangan masyarakat Indonesia karena judul yang diberikan menarik dan alur ceritanya sangat menguras emosi, sehingga penggemar drakor penasaran dengan setiap episode yang ditonton.

Drama Korea merupakan drama televisi di Korea Selatan berupa miniseri. Sudah banyak drama korea yang telah menjadi populer di seluruh Asia dan telah memberi kontribusi pada fenomena umum dari gelombang Korea yakni di beberapa negara seperti negara-negara Amerika Latin, Timur Tengah, dan Asia termasuk Indonesia. Di Indonesia, drama Korea meraih popularitasnya dan banyak drama populer dari korea selatan salah satunya yaitu The World Of The Married yang mengisahkan tentang  perselingkuhan  yang  memberikan plot twist tak terduga. Plot cerita tidak hanya mengenai kisah cinta dan konflik keluarga, tetapi   membahas tentang gender,  pekerjaan dan  permasalahan  dalam  sebuah  kelompok sosial.

Fokus utama disini adalah Implikasi  bias gender yang secara  tidak  langsung  dapat merugikan masyarakat  secara  menyeluruh. Apabila  perempuan  diposisikan tertinggal, maka  akan  sulit  bagi  perempuan  untuk menjadi  mitra sejajar laki-laki, sehingga hubungan keduanya akan menjadi timpang. Bias gender ini bukan hanya mengakar dalam realita kehidupan nyata saja, tetapi diangkat menjadi bahan untuk pembuatan  mini seri, salah satunya drama korea yang meraih popularitas ditahun 2020 yakni The World Of The Married. Berikut fakta yang menunjukkan ketegasan bias gender diambil dari sisi Dr. Kong Ji-Cheol : pria dan wanita tidak sama. Dalam hal sebagai pemimpin dan pekerja. Sehingga pemikiran yang terpintas dibenaknya wanita single tidak boleh memegang penuh kepemimpinan,  pasti akan bermasalah. Maka dia menurunkan Ji Sun-woo yang bercerai untuk tidak menjadi pejabat lagi. Dari percakapan tersebut bisa terlihat jelas bahwa terdapat ketidakadilan dalam perempuan yang menganggap bahwa perempuan itu tidak boleh ambisius.

Kaitan dalam masalah drama korea tesebut berhubungan dengan perspektif Hartsock yang mencampurkan teori standpoint tersebut dengan teori feminisme yang berpandangan bahwa wanita memiliki posisi sosial untuk mengakhiri penindasan. Sebagaimana dikatakan oleh teori standpoint, perempuan harus dilihat sebagai konsumen aktif dalam realitasnya  dan  perspektif  pribadi  individu yang merupakan  sumber  informasi  terpenting terhadap pengalaman mereka. Standpoint theory memberikan otoritas kepada perempuan untuk memiliki serta menyuarakan pengalaman dan pendapatnya sendiri. Standpoint perempuan tidak hanya sekadar cara pandang atau cara perempuan mengetahui sesuatu, tetapi lebih jauh sebagai sebuah pembuktian tentang keberadaan perempuan di dunia.

DAFTAR PUSTAKA

Rahminawati, Nina. 2001. Isu Kesetaraan Laki-Laki dan Perempuan( Bias Gender). Jurnal Sosial dan Pembangunan

Verani, Destaria dan Maring. 2019. Resepsi Khalayak Wanita Dalam Drama Korea The World Of The Married. Jurnal Ilmu Komunikasi

Galura, Rangga dan Iman. 2015. Representif Gender Dalam Perspektif Feminisme. Jurnal Kajian Komunikasi

Tong, R.P. 2008. Feminst Thought. Yogyakarta dan Bandung. Jalasutra

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun