Mohon tunggu...
Dewips
Dewips Mohon Tunggu... Freelancer - Just an ordinary woman

Mau copy-paste artikel? Boleh saja, dengan tetap tampilkan asal sumber tulisan! Visit me @ ladiesbackpacker.wordpress.com, Email me : swap.commune@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money

Manisnya 'Gula' untuk Siapa?

18 September 2013   08:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:44 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masih ingat dengan sebuah video yang menampilkan Sacha warga kanada yang mengamati tingkah laku masyarakat Indonesia pada umumnya? Bisa cek videonya disini. Dimana pada video itu juga terdapat sebuah adegan yang menunjukkan bahwa orang Indonesia 'cinta' gula. Kalau kata teman-teman bule saya "Indonesian people don't drink coffee with sugar but drink sugar with coffee" sindiran itu jelas bukan kreasi karena pada faktanya orang Indonesia sangat gemar menambahkan gula berlebihan pada minuman hangatnya, bahkan untuk keturunan jawa seperti keluarga saya terkadang dalam memasak pun harus selalu ditambah gula. Gaya hidup yang kurang sehat sebenarnya.

[caption id="attachment_266900" align="aligncenter" width="370" caption="gula rafinasi : starjogja.com"][/caption]

Kalau bicara tentang gula-gula tentu manis rasanya, tapi kekhawatiran akan segera melanda orang Indonesia untuk beberapa waktu kedepan. Bisakah orang Indonesia hidup tanpa gula? karena dikabarkan produksi gula dalam negeri menurun dari 130 ton per bulan hanya menjadi 100 ton, sedangkan kebutuhan konsumsi gula pada masyarakat Indonesia cukup tinggi yaitu sekitar 200 juta ton per tahun. Wow, angka yang fantastis bukan? bagaimana Indonesia tidak menjadi negara dengan penderita diabetes tertinggi ketiga di dunia.

Gula Rafinasi menjadi salah satu ancaman bagi petani gula dalam negeri? itulah judul yang sempat saya tangkap pada saat menonton berita di televisi. Mengapa? jawabnya singkat saja, karena gula berbentuk kristal yang biasanya hanya digunakan di pabrik makanan dan minuman itu telah lama bocor di pasaran. Harganya lebih murah, rasa manisnya tidak berbeda, rupanya lebih bersih. Itulah alasan mengapa banyak warga menggunakan produk gula rafinasi ketimbang gula pasir milik petani dalam negeri. Untuk di Jerman sendiri gula rafinasi atau rohzucker merupakan produk yang tidak dianjurkan penggunaannya untuk minuman siap saji, karena efek atau rasa manis yang ditimbulkan melebihi gula murni dan mengandung lebih banyak kalori. Dalam hal ini pemerintah dan masyarakat di Jerman pada khususnya sangat berhati-hati dalam mengonsumsi gula. Mereka akan lebih memilih brown sugar ketimbang gula putih biasa.

[caption id="attachment_266901" align="aligncenter" width="300" caption="dok : bisnis-kti.com"]

13794153961604992730
13794153961604992730
[/caption]

Bagaimana dengan aturan di Indonesia? Mengapa gula rafinasi bisa 'bocor' ke pasaran? rasanya tidak mungkin kalau tidak ada pihak-pihak terkait yang mengambil untung dalam hal ini. Gula rafinasi yang diimpor dari luar negeri semakin memperburuk keadaan petani gula Indonesia, tapi jangan beralasan alih-alih untuk mencukupi kebutuhan konsumsi masyarakat akan gula lalu dengan seenaknya pemerintah mengimpor tanpa memperhatikan nasib para petani. Kalau menurut saya pribadi, solusi untuk menghadapi rumor kelangkaan ini adalah dengan lebih bijak mengonsumsi gula khususnya untuk gula pasir, selain penyakit diabetes bisa dihindari maka pemerintah pun tidak perlu mengimpor gula lagi demi memenuhi kebutuhan masyarakat akan gula itu sendiri.

So, manisnya gula untuk siapa..hayoo? :D

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun