[caption id="attachment_359068" align="aligncenter" width="600" caption="Pic from wedthebook.com"][/caption]
Puisi selalu menunjukmu sebagai peran utama
pada penggalan seribu bait yang tercipta
entahlah, entah mengapa
barangkali kisah kita serupa dongeng klasik tentang cinta
aku ratu engkau laksana raja
.
adalah asmara
lambungkan bara ke udara
pada semesta langit tanpa batas
lagu rindu yang saling berbalas
tak pernah tuntas
walau tenggelam di kedalaman samudera
.
terkadang dalam diam
cemburu membunuhmu
namun engkau memilih bungkam
biarkan aku memahamimu
.
siapalah aku ini, duhai penawar lara
mahluk berkelamin sajak tanpa rimba
lancang mencinta
pada engkau yang berlapang kasih tak sekedar kata
.
mahkotaku oh mahkotaku
hanyalah pelukan rindu
tumpuk bertumpuk di ruang dada
jubahku aduhai lihatlah jubahku
hanya bermanik kesetiaan makna
rendanya berhiaskan tulus cinta
.
engkau yang selalu menari di alam pikiranku, menarilah
menarilah engkau sesuka hati
.
engkau yang kerap mencuri serpih-serpih hatiku, mencurilah
mencurilah engkau sekehendak hati
.
bila satu hari nanti
sengat surya hapus teduh lebat hutan
ranggas angin selimuti basah hujan
lalu detak dunia seakan berhenti,
.
kita: kau dan aku
kan tetap ada di sini
.
menikmati sunyi
pada rumah abadi
sebab cinta sejati
selalu tumbuh dan takkan pernah mati
.
.
Kampung Hujan, 040415
.
.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI