Rupanya, angin sedang berbahagia memporak-porandakan rasa yang sedang bermekaran. Ia lupa bahwa rasa itu bukan dari debu yang menempel pada hati yang berkarat. Tapi sebuah persembahan mulia dari makhluk-makhluk semesta, yang sengaja memakai wewangian senja untuk menabur harapan.
Gelap menjadi tujuan menyusun lagi rasa yang bertebaran. Mengalami lagi satu per satu kejadian kala mata sudah terlipat dalam sepi. Berefleksi dengan semburat ungu yang hadir tanpa mengetuk pintu. Dan juga bersama dengung sunyi yang mendadak keluar berhamburan.
Lihatlah bintang yang sedang bermanja satu sama lain. Bergerak tanpa pertimbangan, seolah mengejar muram malam menjadi bergairah. Juga rembulan yang masih terdiam lesu, mulai menyisihkan tirai abu-abunya agar nampak manis. Dalam layar angkasa itu, kau pun dapat pula menyimpulkan aneka rasa yang dihadirkan.
Bacalah pesan angkasa. Segala rasa manunggal bersama lembaran malam tanpa sisa. Iringan malam bergumam seraya berkata jelas dan tegas. Meredam hiruk pikuk dalam mangkuk berlapis emas putih, berkilau jernih tanda kepasrahan.
Yogya, 12 Juli 2020