Mohon tunggu...
dewi listina komalasari
dewi listina komalasari Mohon Tunggu... Housewife and teacher

Saya seorang ibu rumah tangga dan guru taman kanak-kanak. Hidup saya tidak penuh keajaiban, tapi sederhana dan nyata. Saya menemukan kebahagiaan dalam menulis, berimajinasi, dan tenggelam dalam dunia anak-anak yang penuh warna dunia yang saya cintai sepenuh hati.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bunga Tabebuya Kuning

18 Oktober 2025   19:33 Diperbarui: 18 Oktober 2025   19:33 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bunga Tabebuya Kuning

Bunga tabebuya kuning
mulai bermekaran
di tiap sudut kota.

Entah mengapa,
setiap menatapnya
selalu ada rasa bahagia
yang mekar di dada.

Katanya, bunga yang indah
sering kali penuh racun.
Katanya, bunga yang indah
tak boleh disentuh tangan.
Dan katanya,
bunga itu takkan lama bertahan.

Aku menatap lama
bunga indah memang hanya untuk dilihat,
dipuji dari kejauhan,
dan dinikmati dalam diam.

Sayang sekali,
bunga itu sepertimu
indah,
namun hanya bisa kupandangi
tanpa pernah bisa kumiliki.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun