"Kamu pingin ditraktir 'kan ? Di kantin bakso belakang, oke ?!" kata Fredy.
" Nei... Nei... Nei... Aku nggak mau bakso ! Yang seneng bakso 'kan cuma kamu. Entar yang makannya banyak pasti kamu !" protes Iwan.
"He he he... Tahu aja, kamu. Oke deh, kutraktir  kamu di depot Pojok. Kamu bisa pesan menu apa saja, asal... " Fredy tak melanjutkan kata-katanya.
"Asal apa ? Koq pakai syarat-syaratan segala ?" Iwan penasaran.
"Gampang aja koq, " Fredy menenangkan. "Asal kamu ngajak pacar kamu itu, dan asal.... " Fredy tak melanjutkan kata-katanya lagi.
"Tuh, 'kan. Syaratny banyak amat. Aku nggak mau deh !" protes Iwan.
"Lho lho lho... Segitu aja marah. Aku cuma bercanda koq. Tadi maksudku, asal 1 orang nggak ngabisin lebih dari 10 ribu. Soalnya doku lagi ngepres nih !" kata Fredy membuka rahasia keuangannya.
"Ooo... itu toh. Beres deh. Jadi kalau aku ngabisin 9 ribu 9 ratus 9 puluh 9 koma 9999, nggak apa-apa 'kan ? Hehehe... " Iwan tertawa.
"Huuu... kamu, Wan. Ada-ada aja. Kalau dibulatkan 'kan tetep 10 ribu. "
"Kapan, Fred ?" tanya Iwan. "Sekarang ?" tantangnya.
"Eh, jangan sekarang. Aku 'kan belum mecah celengan, Wan !" Fredy cengar-cenguir menjawab tantangan Iwan. Iwan jadi senyum-senyum juga.