Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Janji... Oh Janji (Part 8)

1 Oktober 2022   15:39 Diperbarui: 1 Oktober 2022   15:46 161 9
Sejak kejadian Minggu sore itu, Fredy mulai berubah. Dia benar-benar ingin menghapus kesan jelek yang terlanjur dicapkan oleh adiknya sendiri padanya. Dia sungguh-sungguh mau menjadi teladan yang baik, terutama bagi adiknya yang kini sudah mulai berpacaran. Dan dia tak mau kalau-kalau adiknya menjadi korban dari cowok, yang meskipun sampai sekarang Fredy belum tahu orang dan namanya, namun benar-benar mampu menyita hari-hari Fanny, adik semata wayangnya.

"Hai Fred, aku ikut senang lho," kata Iwan suatu hari sepulang sekolah.

"Ikut senang atas apa ?" Fredy tak mengerti.

"Iya, denger-denger kamu sudah bertobat, ya !" kata Iwan lagi, tanpa bermaksud menyindir Fredy.

"Maksudmu... ?" Fredy bertanya lagi.

"Udahlah, jangan pura-pura. Perubahan yang baik harus dan patut dirayakan. Seperti waktu aku dulu melepas janjiku untuk mempermainkan semua cewek yang mencoba mendekatiku, sebagai balas dendamku pada ... Ah, sudahlah. Nggak usah diingat-ingat lagi !" kata Iwan. "Benar-benar janji konyol !" batin Iwan lagi.

"Oh, maksudmu, aku sudah tidak playboy lagi, ya ?" kata Fredy, mulai mengertinarah pembicaraan Iwan.

"Hei, yang ngomong kamu sendiri lho, bukan aku !" sahut Iwan ber-hehehe ria dan disambut tawa Fredy.

"Oke... oke... Aku juga mulai bisa menebak arah pembicaraanmu, Wan," sela Fredy.

"Apa, coba ?" tanya Iwan.

"Kamu pingin ditraktir 'kan ? Di kantin bakso belakang, oke ?!" kata Fredy.

" Nei... Nei... Nei... Aku nggak mau bakso ! Yang seneng bakso 'kan cuma kamu. Entar yang makannya banyak pasti kamu !" protes Iwan.

"He he he... Tahu aja, kamu. Oke deh, kutraktir  kamu di depot Pojok. Kamu bisa pesan menu apa saja, asal... " Fredy tak melanjutkan kata-katanya.

"Asal apa ? Koq pakai syarat-syaratan segala ?" Iwan penasaran.

"Gampang aja koq, " Fredy menenangkan. "Asal kamu ngajak pacar kamu itu, dan asal.... " Fredy tak melanjutkan kata-katanya lagi.

"Tuh, 'kan. Syaratny banyak amat. Aku nggak mau deh !" protes Iwan.

"Lho lho lho... Segitu aja marah. Aku cuma bercanda koq. Tadi maksudku, asal 1 orang nggak ngabisin lebih dari 10 ribu. Soalnya doku lagi ngepres nih !" kata Fredy membuka rahasia keuangannya.

"Ooo... itu toh. Beres deh. Jadi kalau aku ngabisin 9 ribu 9 ratus 9 puluh 9 koma 9999, nggak apa-apa 'kan ? Hehehe... " Iwan tertawa.

"Huuu... kamu, Wan. Ada-ada aja. Kalau dibulatkan 'kan tetep 10 ribu. "

"Kapan, Fred ?" tanya Iwan. "Sekarang ?" tantangnya.

"Eh, jangan sekarang. Aku 'kan belum mecah celengan, Wan !" Fredy cengar-cenguir menjawab tantangan Iwan. Iwan jadi senyum-senyum juga.

"Nggak usah khawatir deh, Fred. Lha wong pacarku juga belum tentu mau lho..."

" Wah, jangan begiu dong, Wan. Aku 'kan pingin kenal orangnya juga. Siapa sih namanya ?" tanya Fredy.

"Rahasia. Anaknya agak pemalu. Entar kalau kita berdua aja, mungkin dia nggak mau," kata Iwan.

" Terus, gimana dong ?" tanya Fredy.

"Hmmm, gimana ya ?" Iwan berpikir keras, sayang 'kan kalau melewatkan acara makan-makan ini. "Bagaimana kalau kamu mengajak pacarmu juga, double date, gitu," usul Iwan.

"Hmmm, aku kan lagi kosong," pelan Fredy menjawab.

"Ups, sorry ya. Kamu 'kan udah kapok, tapi bukan berarti kamu nggak mau pacaran 'kan, Fred ?" nasihat Iwan.

"Iya, Wan. Aku cuma ingin benar-benar mencari cewek yang bener-bener mengerti perasaanku..."

"Dan penuh perhatian padamu. Dan satu lagi, yang pandai masak. Iya 'kan ?" potong Iwan, meminta persetujuan.

"Huuu... Kamu gila, Wan ?" jawab Fredy sambil memukul lengan Iwan.

"Aduh, sakit Fred !"

" Alaaa... Gitu aja, koq. Kayak cewek aja kamu, Wan !" ejek Fredy.

"Biarin. Asal bukan jadi cewek kamu, weee...!" balas Iwan.

Setelah terdiam sesaat...

"Hmmm, gimana kalau aku ngajak adikku ?" tanya Fredy meminta persetujuan.

"Boleh juga. Sekalian aku juga pingin kenal adikmu. Masa' dari dulu berteman, aku nggak pernah ketemu sama adikmu ? Takut kalau aku taksir, ya ?" tanya Iwan.

"Iya juga, sih. Habisnya kamu dulu pernah janji untuk mempermainkan cewek yang suka kamu. Dan aku nggak mau kalau adikku jadi salah satu cewek itu !" tukas Fredy.

"Alaaa... Gayamu, Fred. Boleh juga sih, melindungi adikmu. Tapi tingkahmu sendiri melebihi janji konyolku," ejek Iwan. "Eh tapi, emmm... kamu sekarang udah janji nggak bakalan mengulangi lagi, 'kan ? Syukurlah kalau begitu," netralisir Iwan atas ucapannya barusan, agar tak menyinggung Fredy.

"Yap. Begitulah. Hmmm, oh ya, jadinya kapan nih ? Malam Minggu besok, bisa kan ?" tanya Fredy sambil menstarter GL Max-nya.

"Sipp lah. Jam berapa ?" Iwan ikut-ikutan menstarter vespanya.

"Jam 7 malam, ya ?" Fredy meminta persetujuan. "Jangan sampai mengganggu acara malam Minggumu lho," tambah Fredy.

"Oke !" pungkas Iwan.

Dan dua sepeda motor itupun melesat meninggalkan halaman sekolah. Fredy belok kiri dan Iwan belok kanan.

# # # # # ( bersambung ya )


# Pare, medio 1998
# written by Dewi Leyly

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun