Mohon tunggu...
Dewi Larasati
Dewi Larasati Mohon Tunggu... Freelancer - Sedikit yang kutahu dan ingin kubagi.

Mahasiswa di Universitas Kristen Satya Wacana

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Klik di Sini untuk Kamu yang Gila Diskusi, Cepat

23 September 2019   08:52 Diperbarui: 23 September 2019   09:03 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudahkan pembaca memiliki tujuan atas hidup seperti rekan saya? sederhana namun pasti. Jika belum, silahkan fikirkan sekarang juga. Hakikatnya kita sebagai manusia hanya bermanfaat bagi sesama dan alam yang jadi tempat kita berpinjak menurut saya. Tidak ada kata terlambat dengan menjadi manusia yang bermanfaat dan berguna. 

Jika bermanfaat bagi "Dunia" konteksnya terlalu besar dan tabu, tidak ada salahnya kita coba dari lingkungan sekitar kita seperti halnya menjaga kebersihan dan menjaga apa yang telah kita miliki. Jika anda bertanya kenapa saya menghubungan artikel ini dengan pertanian dan petani. 

Jawabnya hanya "Saya kecanduan nasi dan sayur-sayuran, oksigen dimana tempat selalu saya butuhkan, dan lingkungan yang asri" di definisi kehidupan saya, bukan hanya “guru” yang jadi pahlawan tanda jasa. 

Namun juga petani”, bagaimana tidak. Saya konsumsi hasil pertanian setiap harinya, apresiasi saya terhadap petani juga besar karena petani juga berkontribusi dalam adanya pengelolaan oksigen yang dibutuhkan manusia, dan saya juga menikmati adanya keindahan alam dari sektor pertanian contoh "sawah" yang entah kenapa punya hawa tersendiri saat kita melihat, seperti bertukar energi. Mungkin saya berlebihan jika katakan candu, tapi nyatanya saya memang candu.

Sumber Daya Manusia, dengan adanya Sumber Daya Alam yang ada. Apa kabar dengan yang mengelola? pembaca sudah pada tahab yang mana dalam berkontribusi di korelasi Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia? Sedikit membuka pikiran pembaca lagi saya, saya ketagihan sepertinya membuka apa yang ada.

Pembaca pernah membeli sayur dan buah-buahan? bagaimana harganya? murah bukan tergantung dari tempat beli dimana, saya membahas yang ada di pasar tradisional. 


Saya punya saudara petani tomat, sekitar bulan Agustus saya main kesana. Beliau cerita kalau harga tomat sekilonya diharga Rp 1000 sama pengkulak. murah? iya murah setelah itu saya penasaran sama harga tomat di pasar untuk membandingkan, tahu tidak berapa harganya. Rp 3000 satu kilo, coba berfikir siapa yang bersusah payah? petani tomatkan. 

Siapa yang diuntungkan? hmm penjual atau pengkulak'kan. Hal ini kenapa saya membahas petani. Kesalahan menurut saya, dikata usaha menanam dalam proses produksi itu mudah. 

Kalau boleh saya marah-marah sekarang juga, tapi saya sedang menulis dan tidak tahu siapa yang harus saya salahkan, tidak cuma satu dua orang dan satu dua bulan berjalan. 

Model pembelian dan penjualan yang salah ini sudah jadi kebiasa lama. Mari kita bergerak pembaca yang saya hormati, jika diterus-teruskan siapa yang minat untuk jadi petani? kita hentikan kesalahan dalam pengelolaan hasil produksi seperti ini.  

Apa skema ini yang menunjukan kita harus bergerak pada sektor pertanian berbasis teknologi yang dimaksud "Era Revolusi 4.0?" tapi bagaimana dengan Sumber Daya Manusia juga yang bertambah seiring jalannya waktu,yang saya takutkan bila terjadinya penumpukan pengangguran karena tidak adanya motivasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun