Mohon tunggu...
Dewi Anggun Afyna
Dewi Anggun Afyna Mohon Tunggu... Mahasiswa Universitas Negeri Malang

Mahasiswa Universitas Negeri Malang, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Departemen Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Nada Menipu atau Telinga Tertipu? Kupas Tuntas Logika Doppler pada Sound Horeg

10 Oktober 2025   23:00 Diperbarui: 10 Oktober 2025   23:14 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Keterangan Rumus Doppler, Sumber : Serway)

Dampak yang ditimbulkan?

Gelombang suara Sound Horeg memiliki amplitudo yang sangat besar, sehingga membawa energi tinggi yang dapat merusak bagian telinga dalam, terutama sel rambut di koklea yang mengubah getaran suara menjadi sinyal listrik ke otak. Amplitudo yang besar ini menimbulkan tekanan suara melebihi 120 desibel, ambang nyeri manusia, dan paparan suara lebih dari satu menit pada level sekitar 130 desibel dapat menyebabkan kerusakan permanen pada gendang telinga. Selain itu, gelombang frekuensi rendah (bass dan infrasonik) dari Sound Horeg menimbulkan resonansi dengan organ tubuh seperti jantung dan paru-paru yang berfrekuensi alami rendah, bahkan benda di sekitar seperti kaca dan bangunan, berpotensi menyebabkan getaran hebat dan kerusakan struktural ringan.

Lebih lanjut, paparan gelombang suara berfrekuensi sangat rendah ini juga mengganggu sistem saraf pusat, memicu kronisitas stres melalui peningkatan hormon kortisol, serta menyebabkan gangguan tidur, kecemasan, gangguan keseimbangan dan vertigo. Resonansi gelombang ini bahkan dapat menyebabkan efek mual dan disorientasi, mengganggu kenyamanan fisik dan psikologis manusia serta stabilitas lingkungan sekitar. 

Lalu apakah solusinya?

  1. Gunakan Pelindung Telinga
    Pakailah earplug atau earmuff saat berada di dekat sumber suara Sound Horeg. Alat ini bisa meredam suara hingga 20-30 desibel sehingga telinga tetap aman.

  2. Jaga Jarak Aman
    Hindari berdiri terlalu dekat dengan speaker atau sound system. Semakin jauh dari sumber suara, semakin kecil intensitas suara yang diterima telinga.

  3. Batasi Durasi Paparan
    Jangan terlalu lama berada di tempat dengan suara keras. Beri waktu telinga beristirahat di tempat yang tenang secara berkala.

  4. Edukasi dan Kesadaran
    Pahami bahaya suara keras dan ingatkan orang di sekitar untuk menjaga volume suara agar tidak berlebihan. 

"Dentum, Doppler, dan Dinding Kota" mengajarkan bahwasanya kota bukan sekadar latar, tapi laboratorium gelombang yang hidup. Di sana, rumus bukan sekadar simbol ia hadir sebagai pengalaman mendengar yang bergerak. Tugas kita sederhana yaitu memahami  mekanismenya, atur perilakunya, dan rawat pendengaran. Dengan begitu, kita tak cuma mendengar lebih keras, tapi mendengar lebih cerdas.

Sumber :

Serway, R. A., & Jewett, J. W. (2020). Physics for Scientists and Engineers (10th ed.). Boston, MA: Cengage Learning.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun