Mohon tunggu...
Dewi Anggun Afyna
Dewi Anggun Afyna Mohon Tunggu... Mahasiswa Universitas Negeri Malang

Mahasiswa Universitas Negeri Malang, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Departemen Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Nada Menipu atau Telinga Tertipu? Kupas Tuntas Logika Doppler pada Sound Horeg

10 Oktober 2025   23:00 Diperbarui: 10 Oktober 2025   23:14 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sound Horeg, Sumber : Sidoarjotimes.com )

Pernah berdiri di pinggir jalan lalu mendengar sound horeg datang dari kejauhan? Mula-mula bass terasa sedikit lebih "tinggi", lalu tepat saat truk melintas suaranya jadi "wow", dan beberapa detik kemudian nadanya seolah menurun. Bukan telinga kamu yang berhalusinasi itu Efek Doppler. Secara sederhana, gelombang bunyi dari speaker yang bergerak mendekat ke kita menjadi lebih rapat sehingga pitch terdengar naik; ketika menjauh, gelombangnya meregang sehingga pitch terdengar turun. Pada rig horeg yang dominan frekuensi rendah, pergeserannya kecil tapi cukup untuk bikin sensasi "naik-turun" yang khas saat konvoi lewat.

Fenomena Fisika di Balik Sound Horeg

Sound Horeg merupakan gelombang suara, yaitu gelombang mekanik yang merambat melalui udara. Suara terdiri dari frekuensi dan amplitudo. Frekuensi menentukan tinggi rendahnya nada, sementara amplitudo menentukan besar kecilnya suara. Gelombang dengan amplitudo besar menghasilkan suara keras, yang berarti energi yang dibawa juga besar.

Pada fenomena Sound Horeg, Efek Doppler dapat diamati ketika sumber suara Sound Horeg bergerak relatif terhadap pendengar, misalnya pada saat pengeras suara yang mengeluarkan suara keras tersebut berpindah tempat atau pendengar bergerak mendekati atau menjauhi sumber suara. Hal ini menyebabkan frekuensi suara yang diterima oleh pendengar berubah-ubah, membuat suara Sound Horeg terasa dinamis dan lebih mengganggu. 

Rumus Efek Doppler yang menjelaskan perubahan frekuensi ini adalah:

(Rumus Doppler, Sumber : Serway)
(Rumus Doppler, Sumber : Serway)

Keterangan :

(Keterangan Rumus Doppler, Sumber : Serway)
(Keterangan Rumus Doppler, Sumber : Serway)

Fenomena efek Doppler pada Sound Horeg terjadi ketika sumber suara Sound Horeg, seperti pengerasan suara besar yang dipasang pada kendaraan atau di lokasi konser yang bergerak, mendekati atau menjauh dari pendengar. Pada saat sumber suara tersebut bergerak mendekat, gelombang suara yang dipancarkan menjadi lebih rapat, sehingga frekuensi suara yang diterima oleh pendengar menjadi lebih tinggi dan nada suara terdengar lebih tajam dan "menghentak". Sebaliknya, ketika sumber suara menjauh, gelombang suara menjadi lebih renggang, frekuensi yang diterima pendengar menurun, dan nada suara terdengar lebih rendah.

Efek ini makin menarik ketika masuk ke "ekosistem jalanan" yang penuh pantulan. Bangunan, dinding, dan permukaan keras memantulkan suara, membentuk interferensi sehingga ada titik yang terdengar makin kencang dan ada yang justru "bolong" (lembut) akibat pertemuan gelombang yang saling menguatkan atau melemahkan. Ditambah lagi, bass berfrekuensi rendah lebih "bandel" merambat jauh karena redaman udara kecil  jadi meski truk sudah lewat, sensasi gumaman bass kadang masih terasa beberapa saat. Dari sisi intensitas, jarak juga memegang peran penting kira-kira berlaku hukum kuadrat terbalik menjauh dua kali lipat bisa memangkas sekitar 6 dB. Artinya, mundur beberapa meter saja bisa membuat telinga jauh lebih nyaman tanpa mengorbankan pengalaman mendengar.

(Kontra Sound Horeg, Sumber : Tempo.co)
(Kontra Sound Horeg, Sumber : Tempo.co)

Dampak yang ditimbulkan?

Gelombang suara Sound Horeg memiliki amplitudo yang sangat besar, sehingga membawa energi tinggi yang dapat merusak bagian telinga dalam, terutama sel rambut di koklea yang mengubah getaran suara menjadi sinyal listrik ke otak. Amplitudo yang besar ini menimbulkan tekanan suara melebihi 120 desibel, ambang nyeri manusia, dan paparan suara lebih dari satu menit pada level sekitar 130 desibel dapat menyebabkan kerusakan permanen pada gendang telinga. Selain itu, gelombang frekuensi rendah (bass dan infrasonik) dari Sound Horeg menimbulkan resonansi dengan organ tubuh seperti jantung dan paru-paru yang berfrekuensi alami rendah, bahkan benda di sekitar seperti kaca dan bangunan, berpotensi menyebabkan getaran hebat dan kerusakan struktural ringan.

Lebih lanjut, paparan gelombang suara berfrekuensi sangat rendah ini juga mengganggu sistem saraf pusat, memicu kronisitas stres melalui peningkatan hormon kortisol, serta menyebabkan gangguan tidur, kecemasan, gangguan keseimbangan dan vertigo. Resonansi gelombang ini bahkan dapat menyebabkan efek mual dan disorientasi, mengganggu kenyamanan fisik dan psikologis manusia serta stabilitas lingkungan sekitar. 

Lalu apakah solusinya?

  1. Gunakan Pelindung Telinga
    Pakailah earplug atau earmuff saat berada di dekat sumber suara Sound Horeg. Alat ini bisa meredam suara hingga 20-30 desibel sehingga telinga tetap aman.

  2. Jaga Jarak Aman
    Hindari berdiri terlalu dekat dengan speaker atau sound system. Semakin jauh dari sumber suara, semakin kecil intensitas suara yang diterima telinga.

  3. Batasi Durasi Paparan
    Jangan terlalu lama berada di tempat dengan suara keras. Beri waktu telinga beristirahat di tempat yang tenang secara berkala.

  4. Edukasi dan Kesadaran
    Pahami bahaya suara keras dan ingatkan orang di sekitar untuk menjaga volume suara agar tidak berlebihan. 

"Dentum, Doppler, dan Dinding Kota" mengajarkan bahwasanya kota bukan sekadar latar, tapi laboratorium gelombang yang hidup. Di sana, rumus bukan sekadar simbol ia hadir sebagai pengalaman mendengar yang bergerak. Tugas kita sederhana yaitu memahami  mekanismenya, atur perilakunya, dan rawat pendengaran. Dengan begitu, kita tak cuma mendengar lebih keras, tapi mendengar lebih cerdas.

Sumber :

Serway, R. A., & Jewett, J. W. (2020). Physics for Scientists and Engineers (10th ed.). Boston, MA: Cengage Learning.

Sidoarjotimes.com Ngeyel Gunakan Sound Horeg, Siap-Siap Disita

Tempo.co Pro Kontra Sound Horeg, Perlukah Fatwa dan Perda Melarangnya?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun