Mohon tunggu...
Ambardewi
Ambardewi Mohon Tunggu... Dosen - Pecinta seni, buku dan musik

Menulis adalah selera... Mengembangkan ide yang menjadi sebuah tulisan yang menginspirasi adalah tabungan ilmu yang bermanfaat tidak hanya bagi diri sendiri melainkan untuk orang lain.. Jangan memenjarakan ide.... keluar,,, dan tulislah!

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Jumpa Layang-layang Karakter di Trenggalek

19 Juni 2018   01:05 Diperbarui: 19 Juni 2018   10:17 885
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa yang tidak suka untuk dimanjakan matanya dengan melihat layang-layang yang tidak biasa bentuknya sedang menari di angkasa?

Ya... tepat sekali,,, pasti serentak semua orang suka melihat layang-layang. Hampir 100% anak laki-laki bahkan perempuanpun pernah memainkan jenis permainan yang satu ini. Cukup mudah saja memainkannya,, dengan mencari spot terbaik yang didukung dengan hembusan angin yang pas lalu terbangkan layang-layang, dan walla..... layang-layang hias sudah terbang mengudara.

Ada yang lain dari bentuk layang-layang yang ingin saya ulas kali ini. Benar saja, pengalaman ini adalah ketika saya berlibur bersama keluarga ke Ponorogo. Saat melewati kawasan Trenggalek kota, ada satu ruas di jalan raya berjejer penjual layang-layang hias yang sering disebut layang-layang karakter. Ada yang bentuk 2D dan 3D.

Saat Jumpa pertama di Trenggalek, saya langsung tertarik untuk mengenal lebih dekat. Maklum, dari kecil saya adalah salah satu penikmat layang-layang, melihat aneka warna dan bentuk layang-layang karakter itulah saya langsung membelinya. Hehehe

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Nah sobat, ternyata layang-layang hias ini ada banyak modelnya, dari karakter batman, naruto, angrybird, putri duyung dan masih banyak lagi. Ukuran dan harganya pun beragam, mulai layang-layang ukuran kurang lebih 30 cm yang dibandrol dengan harga 25 ribu rupiah hingga 75 ribu rupiah untuk yang paling besar yaitu sekitar 50 cm.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Usut punya usut, pengrajin layang-layang ini tersebar di beberapa kota, seperti Ponorogo, Malang, Trenggalek, Tulungagung dan masih banyak terrsebar di beberapa wilayah lainnya, tetapi yang membuat saya tergerak untuk mengulasnya adalah begitu kreatifnya para pengrajin layang-layang ini untuk terus mengikuti trend perkembangan jaman agar mainan tradisional layang-layang ini tidak punah. 

Bahkan kadang saya sempat berpikir, kalau bukan kita sendiri mempertahankan layang-layang tersebut, siapa lagi??? Bisa jadi, layang-layang di masa depan hanya bisa dimainkan anak cucu kita di aplikasi handphone canggih. Hahaha.. who knows.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi

Akhir cerita, saya pulang dengan membawa oleh-oleh layang-layang karakter berbentuk gurita merah merona tadi,, hehehe... di perjalanan ada hal baik yang bisa saya ambil, yautu bagaimana kita menghargai teman dalam bentuk nyata untuk bermain dan bersosialisasi,, berangkat siang untuk bermain layang-layang hingga magrib,, dan hal itu tidak bisa kita dapat di ponsel pintar. 

Jangan sampai kita terjebak pada era dimana ponsel pintar menjadi bagian jiwa dari seorang manusia, tetap junjung tinggi kebersamaan, lestarikan mainan tradisional dan mulai dari diri kita sendiri.

Salam.

Penulis adalah pecinta buku, musik, olahraga serta tertarik membuat sebuah tulisan yang bermanfaat.

Keep Learning!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun