Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Money

#Di Balik Secangkir Kopi Ada Senyum Petani Kopi

14 Juni 2015   23:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:03 616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada cerita panjang sebelum bijih kopi siap diseduh menjadi aneka minuman kopi yang nikmat. Dalam proses perjalanan kopi tersebut ada cerita tentang perjuangan, pengorbanan, kerja keras, juga senyum para petani dan pelaku usaha di bidang kopi.

Kopi lekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Sebagian besar masyarakat baik yang tinggal di pedesaan maupun yang hidup di perkotaan menjadikan minuman kopi sebagai bagian dari menu sehari-hari. Ada yang rutin meminum kopi saat pagi hari, ada pula yang lebih memilih saat petang untuk mengawal malam.

Meskipun tanaman kopi bukan tanaman asli nusantara, kopi ditanam di berbagai penjuru Indonesia. Dari Aceh hingga Papua Barat terdapat tanaman kopi yang memiliki kekhasan tersendiri karena pengaruh geografis dan kondisi tanah di daerah tersebut. Dan kualitas kopi Indonesia yang diwakili kopi robusta asal Lampung telah mendapat pengakuan internasional.

 

Ya kualitas kopi Lampung telah bertaraf internasional, namun kemampuan ekspor kopi tersebut masih belum memenuhi target. Ekspor kopi Indonesia masih kalah jauh dibandingkan negara tetangga seperti Vietnam. Padahal jika potensi ekspor kopi ini diperhatikan secara serius maka pendapatan negara akan meningkat dan tentunya kesejahteraan petani kopi serta pelaku usaha di bidang kopi akan membaik. Para petani kopi akan semakin banyak yang tersenyum lebar menikmati jerih payahnya dan keluarganya akan merasa tentram dengan pilihan profesi bertani kopi.

Namun, ada banyak hal yang harus dilakukan untuk menjadikan kopi menjadi komoditas unggulan yang menguntungkan para petani. Dan kisah panjang tentang upaya yang dilakukan Nescafe di balik secangkir kopi ini bisa membuka mata bahwa peningkatan kualitas dan daya ekspor kopi ini memerlukan proses yang tidak instan. Perlu tekat untuk terus belajar dan terbuka untuk menerima pengetahuan dan metode yang baru untuk meningkatkan kualitas dan produksi kopi

Dari acara Nescafe yang diadakan 2-5 Juni 2015 saya menyimpulkan secara garis besar proses di balik secangkir kopi diawali dari pembibitan, pemeliharaan yang terdiri atas pemangkasan, pemupukan dan pembasmian hama, pemanenan, pengeringan bijih kopi, pengayakan, penggilingan, dan kemudian pengemasan. Dalam praktiknya, banyak petani yang menanam dan memelihara kopi dengan mengandalkan pengalaman dan metode tradisional sehingga hasil panennya tidak maksimal baik dari sisi kuantitas maupun kualitas. Untuk itulah Nescafe Indonesia yang menggunakan bahan baku kopi robusta asal Lampung menyelenggarakan sekolah kopi bagi para petani kopi untuk meminimalkan keterbatasan dan memaksimalkan potensi kopi Lampung.

Sekolah kopi bagi para petani kopi diadakan Nescafe sejak tahun 2010. Nescafe Indonesia bersama agronomis yang berasal dari alumni jurusan pertanian dan teknologi hasil pertanian dari berbagai universitas terkemuka mengajak para petani untuk berbagi pengalaman bertanam kopi dan berdiskusi tentang kesulitan dan keterbatasan yang mereka alami. Secara rutin para agronomis dan petani bertemu untuk saling berdiskusi dan belajar.

 

Di dalam sekolah petani yang dirintis sejak tahun 1993 tidak hanya berbagi dan berdiskusi, mereka mengajarkan lima modul dalam kurikulum sekolah petani. Kelima modul tersebut adalah manajemen kebun, produktivitas, konservasi lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja, serta kualitas dan evaluasi. Tiap modul dijarkan satu bulan dan harus mampu dikuasai sebelum berpijak ke modul berikutnya.

Menurut Tika dan Lindah, agronomis belia alumni UGM yang terjun langsung dalam sekolah kopi, awal-awal menyelenggarakan sekolah kopi tidaklah mudah. Ada banyak penolakan dari para petani yang merasa pengalaman bertani kopi yang didapatkan secara turun-temurun adalah metode yang baku. Setelah melalui berbagai pendekatan dan diajak melihat langsung edufarm yang dikelola Nescafe, lama-kelamaan mereka tertarik, apalagi setelah melihat langsung hasil panennya yang jauh lebih berlimpah dibandingkan metode penanaman mereka saat itu. Dari hasil panen yang dulunya hanya berkisar700 kilogram per satu hektar, dengan sistem penanaman ala Nescafe maka panennya bisa bertambah menjadi 1,1 – 1,5 ton per hektar.

 

Edufarm Kebun Percontohan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun