Lasem merupakan sebuah kecamatan di Rembang yang punya kuliner dan tradisi yang unik. Kulinernya sebagian merupakan masakan peranakan. Sebelum berangkat aku telah mencatat beragam makanan yang ingin kucicipi selama di Lasem, dari lontong tuyuhan, sate serepeh, kelo merico, buah kawista, kopi lelet, hingga urap latoh.
Sayangnya karena acara yang begitu padat dari pagi hingga hampir tengah malam setiap harinya serta masakan penginapan yang minimalis, akhirnya saya baru berkesempatan untuk berkeliling cari jajanan pada hari terakhir. Namun, karena kami bisanya pergi sebelum acara dimulai pukul 09.00, tak banyak tempat yang bisa didatangi. Banyak juga yang masih tutup.
Adalah sahabat baru saya bernama Novi yang merupakan warga asli Lasem yang mengantarkan saya ke pasar tradisional dan ke beberapa tempat ikonik. Yuk kita mulai wisata kulinernya.
Ada beberapa penjual jajanan berupa kue basah. Rata-rata jajannya mirip dengan di daerah lain, hanya namanya yang berbeda. Kuenya murah-murah, seribuan. Ada arem-arem, klobot jagung, sawut singkong, kue lapis, kue tok, dan aneka gorengan. Penjualnya kebanyakan nenek-nenek.
Ada penjual nasi jagung dengan bungkus daun. Aku ingin membeli tapi ingat dengan tujuan awalku, ingin mencobai masakan setempat. Perutku juga bakal tak muat jika menyantap semuanya.
Kemudian aku melihat penjual pecel dan pepes yang begitu laris. Aku jadi penasaran dan ikut mengantri. Pecelnya murah hanya tiga ribuan. Aneka gorengannya seribuan dengan ukuran besar-besar. Lalu pepesnya ini yang bikin tergoda. Isiannya beragam. Namun yang membuatku penasaran adalah pepes bandeng dan pepes telur rajungan.
Sayangnya kami tak menemukan kuliner yang kami cari di pasar. Penjual lontong tuyuhan, kelo merico, dan sate serepeh juga masih tutup.
Kopi Lelet John Soditan
Kami kemudian menuju warung kopi yang terkenal di kalangan warga lokal, yaitu Pak John Soditan. Tempatnya masuk gang tak jauh dari Alun-alun Lasem.