Di seberang Roemboer ada rumah penerjemah lebih dari 100 cerita silat (cersil). Namanya adalah Oey Kim Tiang alias OKT. Ia menerjemahkan cersil dari bahasa Hokkien ke bahasa Melayu. Rumahnya sekarang masuk cagar budaya Petak 9.
Tujuan berikutnya adalah Kelenteng Boen Tek Bio dan Museum Benteng Heritage yang lokasinya hanya beberapa meter dari Roemboer. Gang ini begitu padat dan damai karena banyak pengunjung yang berwisata budaya dan hendak sembahyang ke kelenteng.Â
Kelenteng Boen Tek Bio merupakan kelenteng tertua di Tangerang, dibangun tahun 1684. Kelenteng ini ramai dikunjungi, terbuka 24 jam. Bangunannya cantik dan tempat rapi dengan dominan warna merah plus aksen kuning dan hijau.Â
Di sini ada singa batu, lonceng, dan tempat pembakaran kertas yang dibuat tahun 1800-1900an. Atap bangunan utama melengkung melambangkan kemakmuran. Di belakang kelenteng ada wihara.Â
Sebelum makan siang kami menuju Museum Benteng Heritage yang diresmikan 11 November 2011.Â
Museum ini dulunya adalah rumah perkumpulan dagang yang didirikan sekitar tahun 1700an. Kemudian menjadi rumah tinggal. Semua bagian masih asli termasuk kayu jendela. Lantainya masih lantai terakota.Â
Ada banyak foto jadul dan lukisan yang memperlihatkan situasi Pasar Lama dan Tangerang jaman dulu. Juga ada alat untuk layar bermain wayang berusia sekitar 200 tahun. Ada relief batu di berbagai sisi yang cantik dan terawat.Â