Dari stasiun menuju kawasan Pasar Lama hanya sekitar dari 500 meter. Meski hari Minggu pagi, jalanan sudah cukup rame. Pengguna jasa kereta juga cukup banyak.Â
Setelah mengunjungi lokasi pabrik Kecap HS dan Teng Giok Seng, kami menuju Masjid Jami Kalipasir. Sebelumnya kami juga melewati Masjid Agung Al-ttihad yang megah. Â
Masjid Agung Al-Ittihad yang didirikan tahun 1961 rupanya memegang peranan penting di sini. Seperti dijelaskan Elsa, kawasan ini awalnya dihuni keturunan China dan peranakan China-Sunda. Namun, juga ada kawasan muslim di sini. Kalangan China Benteng  kemudian berbaur dan hidup harmonis dengan kalangan muslim dan warga lokal. Masjid Agung Al-Ittihad adalah simbol multikultural karena masjidnya perpaduan antara Islam dan Tionghoa.Â
Sementara Masjid Jami Kalipasir didirikan tahun 1576 dan dikenal sebagai masjid tertua Tangerang. Â Masjid ini memiliki perpaduan warna putih dan hijau dengan menara yang cantik.Â
Masjid Jami Kalipasir masih aktif digunakan untuk beribadah. Ini bisa dilihat dari dinding informasi yang sarat informasi kegiatan dan dipajang lukisan masjid. Ada makam di dekat masjid yang dikhususkan untuk malam priyayi, tokoh pemerintahan dan tokoh muslim.Â
Lokasi Masjid Jami Kalipasir tak jauh dari Sungai Cisadane yang menjadi area Peh Cun atau Mendayung Perahu Naga yang diadakan hari ini (Sabtu, 31/5). Kami melihat ada beberapa regu yang sedang berlatih. Wah seru menontonnya.Â
Peh Cun diadakan setiap tanggal 5 bulan 5 penanggalan China. Ada dua kategori lomba, perahu naga dan perahu papak. Pada festival Peh  Cun biasanya juga ada tradisi menyantap bacang, mendirikan telur, dan menangkap bebek. Ada 100 bebek yang dilepas di sungai dan peserta bisa menangkapnya. Ada nomor undian yang bisa ditukar hadiah di kaki bebek.Â