Bagi mereka kecap SH dan Teng Giok Seng yang juga dikenal sebagai Kecap Benteng sulit tergantikan sebagai teman memasak dan menyantap makanan. Â Kecap ini digunakan oleh warga juga pengusaha kuliner, baik sekelas restoran maupun jajanan pinggir jalan.Â
Kecap Teng Gion Seng merupakan kecap tertua di Indonesia. Pabriknya didirikan pada tahun 1882 oleh Teng Hay Soey, lalu diteruskan oleh Teng Giok Seng. Kecap ini juga dikenal sebagai Kecap Istana.Â
Saat ini produknya dikemas dalam botol kaca dan  kemasan plastik. Rasa kecap manisnya tergolong gurih dan tidak begitu pekat, jika dibandingkan kecap yang memenuhi rak supermarket pasa umumnya. Dulunya rupanya ada tiga varian kecap ini, tapi sekarang yang dijual di pasaran hanya kecap yang manis sedang. Komposisi Kecap Teng Giok Seng terdiri dari kedelai, air, gula kelapa, bunga lawang, dan kayu manis.Â
Sedangkan Kecap SH didirikan tahun 1920 oleh Loh Tjit Siong. SH singkatan dari Siong Hin. Kecap ini terdiri dari kecap asin dan kecap manis. Untuk kecap manisnya, teksturnya agak cair dan warnanya kecokelatan. Rasanya tidak semanis kecap pada umumnya. Komposisinya berupa kedelai, gula kelapa, air, garam, ketumbar, bunga lawang, dan kayu manis.Â
Kecap SH ini kemasan dan cara pemasarannya mengikuti perkembangan jaman. Cukup modern. Kemasannya punya banyak ukuran, termasuk kemasan sachet, dan lebih mudah ditemui di supermarket dan pasar daripada Kecap Teng Giok Seng yang relatif lebih konservatif.Â
Kedua pabriknya saat itu tutup alias libur dan memang kita tak bisa melongok cara membuatnya karena merupakan resep rahasia. Sebenarnya ada satu lagi kecap Benteng yaitu Kecap Benteng Bango.Â
Keesokan harinya aku mencoba memasak dengan dua jenis kecap ini. Aku memasak semur ikan dengan kecap Teng Giok Seng. Sedangkan kecap SH kugunakan untuk menemani bersantap nasi dan telur ceplok plus kerupuk putih.Â