Semur ikannya menggunakan ikan salem. Kumasukkan juga potongan tomat, wortel, dan cabe ijo di dalamnya. Bumbunya ada bawang putih, bawang merah, lada, dan cabe. Aku tak menambahkan penyedap. Dalam waktu singkat, jadilah semur yang sedap dan hangat.Â
Rasa kecapnya memang cocok dengan seleraku yang tak suka kecap yang begitu manis. Bumbu-bumbu baik dalam Kecap SH maupun Teng Giok Seng seperti melengkapi bumbu yang kumasukkan dalam masakan, menjadi semacam umami dan memperkuat rasa.Â
Hari berikutnya aku memasak nasi goreng dengan Kecap Teng Giok Seng. Bumbunya hanya bawang putih, bawang merah, rebon, lada, dan cabe. Jadi deh. Sedap.Â
Yuk kita bahas rasa dari suasana Pasar Lama dan  kultur yang masih dirawat.
Jelajah Sejarah dan Budaya Yuk
Menuju Kawasan Pasar Lama, Benteng, Tangerang, perlu transit dua kali jika naik kereta dari arah Bogor. Ini kali pertama aku transit dari Stasiun Duri. Agak deg-degan mengumpulkan jadwal kereta karena harus transit di Manggarai dan Duri. Semalam tidak bisa tidur karena takut kesiangan.Â
Pada acara yang diadakan Minggu, 25 Mei 2025 rutenya terdiri Masjid Jami Kalipasir, tempat pembuatan kecap SH, dan Teng Giok Seng, Toapekong Kali, Roemboer, Rumah Oey Kim Tiang, Kelenteng Boen Tek Bio, Museum Benteng Heritage, dan diakhiri dengan Kedai Kopi Lampion.Â
Kami berkumpul di Stasiun Tangerang pukul 08.30. Setelah berkenalan dan saling sapa, Elsa langsung mengajak rombongan pertama untuk berkenalan dengan stasiun yang tergolong tua ini. Stasiun Tangerang didirikan tahun 1889 oleh Belanda. Dulu fungsinya untuk mengangkut hasil pertanian seperti gula, beras ke ke Jakarta. Dulu di dekat stasiun ada perkebunan tebu.Â