Ketika mengikuti sholat Idul Fitri di sebuah desa di Kalijati, Subang, aku merasa jengah ketika dua jamaah pria merokok pada saat Imam mulai berkhotbah. Tidak ada tabir pembatas kain sehingga aku bisa melihat pelaku perokok tersebut.
Tak lama pelaku perokok bertambah dan terus bertambah, hingga asap kelabu membumbung tebal. Aku pun terus menutup hidungku rapat-rapat sambil berharap khotbah segera berakhir karena aku sudah tak kuat lagi menahan nafas. Udara tercemar oleh asap rokok.
Baru kali ini aku melihat ada jamaah yang merokok saat sesi khotbah sholat Id. Mereka santai saja melakukannya, tak ada yang menegur, bahkan makin banyak yang mengikuti ulah yang tak baik tersebut.
Ada banyak anak kecil dan juga ada perempuan hamil yang mengikuti pelaksanan sholat Id tersebut. Namun mereka tak peduli dan terus saja melakukannya. Padahal khotbah mungkin hanya sekitar 20-30 menit saja dan sholat Id hanya setahun sekali.
Duh aku jadi tak fokus mendengarkan isi khotbah. Pasalnya, aku sibuk menutup hidungku dan bernafas perlahan-lahan.
Rupanya tidak hanya terjadi di desa itu saja. Aku membaca di X juga ada saja jamaah yang merokok saat khotbah sholat Id. Wah parah juga, mengapa mereka tidak bisa menahan diri ya.
Ketika aku terus mengomel saat pulang dari lapangan, seseorang memberitahuku jika kejadian tersebut juga umum dijumpai saat mendengarkan khotbah sholat Jumat. Eh ternyata orang tersebut juga perokok berat dan terus merokok saat banyak tamu bersilaturahmi membuatku juga tak betah duduk di ruang tamu.
Ah kenapa ya rasanya makin banyak perokok di sekitar. Waktu aku naik angkot, pengemudinya juga merokok dan tak mau mematikan rokoknya meski aku menegurnya. Padahal sudah ada peraturan melarang seseorang merokok saat berkendara. Larangan merokok saat berkendara tersebut ada di Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Nomor 22 Tahun 2009.
Rasanya sulit menikmati udara segar di negeri ini. Saat mendaki gunung, eh beberapa pendaki asyik merokok di puncak. Ingin bersantai makan di luar dengan konsep outdoor juga ada saja perokok dengan dalih jika ingin tak ada asap rokok ya pilih tempat duduk di dalam. Naik kendaraan umum seperti angkot juga masih ada saja pengemudi yang merokok.
Dengan banyaknya perokok yang makin sulit dikendalikan rasanya wajar jika Indonesia masuk peringkat kelima perokok terbesar berdasarkan data yang dirilis Katadata tahun 2024. Pada tahun 2025 jumlah perokok di Indonesia menembus angka di atas 70 juta berdasarkan data WHO.