Terhitung sudah empat kali Muspen Talk dalam rangka memperingati Hari Film Nasional diadakan oleh Museum Penerangan. Kegiatan ini konsisten diselenggarakan sejak tahun 2022 hingga tahun ini, dengan mengundang narasumber yang kompeten, materi yang menarik, dan juga mengundang komunitas film dan instansi terkait. Salah satunya komunitas film Kompasiana, KOMiK.Â
Museum Penerangan (Muspen) merupakan museum yang di bawah Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) yang dulunya adalah Kementerian Penerangan. Museum ini didirikan tahun 1993 dan terletak di Taman Mini Indonesia Indah. Koleksi Muspen terbagi atas koleksi pers dan grafika, penerangan umum, Â film, radio, dan televisi.Â
Oleh karena koleksi Muspen juga membahas tentang perkembangan perfilman, dari alat dan sarana, para sineas yang terlibat, dan juga film-film Indonesia dari masa ke masa, maka Muspen juga menjadi tuan rumah dalam peringatan Hari Film Nasional alias HFN. Hari Film Nasional ini diperingati setiap 30 Maret.Â
Dalam rangka memeriahkan dan memperingati HFN, Muspen mengadakan kegiatan yang disebut  Muspen Talk. Kegiatan ini umumnya berupa diskusi tentang film nasional dan diisi dengan pemutaran film.Â
Kompasianers Only Movie Enthusiast alias KOMiK selalu terlibat dalam kegiatan Muspen Talk baik sebagai peserta maupun juga sebagai moderator. Kolaborasi Muspen dan KOMiK juga berlanjut ke kegiatan diskusi film dan kegiatan lainnya.Â
Muspen Talk 2022 Bersama Keluarga Besar Usmar Ismail
Pada Muspen Talk 2022, Museum Penerangan menghadirkan keluarga besar dari Bapak Film Nasional, yaitu anak dan cucu Usmar Ismail. Mereka adalah Nureddin Ismail, Badai Saelan, dan Dinka.Â
Sebelum Komiker diajak berdiskusi membahas peran dan sosok Usmar Ismail, penonton diajak menyaksikan film Darah dan Doa, film nasional pertama yang juga merupakan karya dari Usmar Ismail, yang telah direstorasi.Â
Darah dan Doa mengisahkan longmarch Siliwangi setelah berbagai peristiwa berdarah, yakni peristiwa PKI Madiun, Â perjanjian Renville, dan Agresi Militer Belanda II. Â Para prajurit membawa keluarganya, melintasi hutan, sungai, dan ada kalanya mendapat serangan NICA.Â
Mereka tak hanya bertarung dengan NICA, namun juga melawan bangsa sendiri. Para prajurit di sini lebih gentar melawan pemberontak yang masih satu bangsa daripada sekutu. Lawan bisa jadi orang yang mereka kenal selama ini.Â