Beberapa tahun terakhir Garin Nugroho sepertinya tertarik menjadikan film sebagai medium kritiknya ke situasi politik di Indonesia. Selain proyek film Kejarlan Janji (2023) yang digarap bersama KPU, yang kemudian memiliki sekuel berjudul Tepatilah Janji (2024), Garin juga punya film yang kental dengan politik dalam berbusana. Film tersebut berjudul Badrun & Loundri (2023).
Dikisahkan Badrun (Arswendy Bening Swara) seorang lulusan pesanteen. Suatu ketika ia berteduh di depan Loundri Mama Eros saat hujan. Seorang perempuan kemudian mengira ia adalah pemilik penatu dan menyerahkan tas besar berisi banyak pakaian kotor.
Badrun membuka isi tas tersebut setelah perempuan itu pergi. Ia melihat ada berbagai model baju di dalamnya. Entah apa yang tebersit di benaknya, ia kemudian mengambil gamis pria dan mengenakannya. Tak lupa leci dan serban ia kenakan. Kemudian ia pergi menuju tepi sungai untuk penyebrangan kapal sambil membawa tas tersebut.
Petugas kapal mengira ia penyiar agama yang baru pulang dari haji. Kehadirannya disambut warga desa dengan sukacita penuh penghormatan. Tak lama ia ditunjuk jadi imam masjid, memberi berkah ke anak-anak sekolah yang akan ikut ujian, hingga jadi penasihat politik. Hingga kemudian Badrun menemukan seragam polisi di antara pakaian-pakaian tersebut.
Kritik Sosial dalam Persepsi Masyarakat tentang Busana
Dalam film Badrun & Loundri, Garin nampak menikmati menyampaikan kritik sosialnya pada kondisi sosial politik dan kemasyarakatan di Indonesia. Berbeda dengan dua film dengan tema politik lainnya yang terlihat 'pesanan' KPU untuk memberikan panduan dan pendidikan politik ke masyarakat pada saat pemilu, di film Badrun & Loundri pesan itu lebih luwes dan lebih nyaman dinikmati.
Masyarakat memang kerap silau oleh penampilan. Tak heran jika menjelang pemilu dan pilkada banyak yang mengenakan pakaian yang lekat dengan simbol-simbol agama untuk menarik simpati masyarakat.
Pakaian gamis membuat seseorang tampil alim. Sedangkan pakaian seragam seperti seragam polisi dan TNI membuat masyarakat takut. Sedangkan pakaian seperti seragam PNS membuat masyarakat menghormati.
Hingga separuh film, saya menikmati aksi Badrun dalam menipu warga desa dengan penampilan dan kata-kata bijaknya. Ia bisa hidup nyaman, disewakan tempat tinggal dan selalu ada makanan hangat yang diantarkan. Ia juga sering mendapat uang setelah warga "berkonsultasi" dengannya. Bahkan ia kemudian juga bisa memiliki anak buah yang nampak bangga ketika diberikan seragam. olehnya.