Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Kisah Gadis yang Mimpinya Terpasung Kondisi dan Intepretasi Puisi-puisi Sapardi dalam "Yuni"

18 Oktober 2021   19:26 Diperbarui: 19 Oktober 2021   03:23 1395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film "Yuni" akan mewakili Indonesia ke ajang Oscar 2022 | sumber gambar: kompas.com

Sebuah Film yang Puitis dan Angkat Kondisi Sosial di Banten

Jika melihat latar pantai sepertinya lokasi latar film ini berada di sekitar daerah Cilegon, Banten. Di sini masyarakatnya banyak menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Sunda khas Banten.

Isu-isu kondisi sosial di daerah tersebut pun diangkat di film ini dengan luwes, tanpa terkesan menggurui dan membuat filmnya jadi berat. Dari masih banyaknya pernikahan di bawah umur, remaja perempuan yang kesulitan meneruskan pendidikan karena kondisi keuangan dan kondisi sosial masyarakat, isu poligami, mitos-mitos, isu lingkungan, dan juga isu lainnya yang kontroversi.

Yuni seperti remaja pada umumnya, ia hanya ingin bisa meraih mimpi | sumber gambar: Parapuan
Yuni seperti remaja pada umumnya, ia hanya ingin bisa meraih mimpi | sumber gambar: Parapuan

Yuni di sini ditampilkan seperti remaja pada umumnya yang rasa penasarannya tinggi. Ia juga suka bergosip, nongkrong bersama kawan-kawannya, dan berdandan. Ia memiliki kawan yang trendi, seorang pemilik salon bernama Suci (Asmara Abigail).

Dari segi visual, film "Yuni" menurutku tampil apa adanya. Gambar-gambarnya lugas, tidak dibuat dramatis atau memberikan kesan yang sinematik.

Bobot film ini adalah dari muatannya, yang isu-isunya dekat dengan keseharian, terutama tentang remaja perempuan dan juga memiliki nilai-nilai yang humanis. Para pemeran dalam film ini juga nampak bekerja keras untuk bisa menggunakan bahasa daerah dengan luwes.

Arawinda Kirana sebagai Yuni dan Neneng Wulandari sebagai Sarah, sahabat Yuni, menarik perhatian selama film ini. Demikian juga dengan Kevin Ardilova, Marisa Anita, dan Dimas Aditya semua tampil apik.

Arawinda Kirana sendiri menarik perhatian sejak ia tampil di film omnibus "Quarantine Tale". Ia berperan sebagai Adin yang mengikuti lomba vlog lalu hadiahnya hendak dijual ayahnya untuk membayar utang. Ia mendapatkan piala Maya 2020 sebagai aktris pendatang baru atas performanya tersebut.

Kamila sendiri lahir dan besar di lingkungan sineas film. Ayahnya adalah sutradara besar, Garin Nugroho. Namun ia berhasil lepas dari bayang-bayang kebesaran nama ayahnya dan menciptakan film dengan gayanya sendiri.

Sebelumnya Kamila sukses dengan film "Sekala Niskala" yang kental dengan mitos dan tradisi anak kembar di Bali. Filmnya ini juga melalang buana ke berbagai festival film dunia seperti TIFF dan Festival Film International Berlin. Karya filmnya yang lain di antaranya "Sendiri Diana Sendiri" dan "The Mirror Never Lies".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun