Euforia Oscar sudah mulai nampak, meskipun pengumuman piala Oscar baru dihelat pada 25 April mendatang. Salah satu film Oscar yang ramai dibahas adalah film terakhir 'sang Raja Wakanda', Chadwich Boseman, dalam "Ma Rainey's Black Bottom. Film ini berhasil meraup lima nominasi Oscar, dua di antaranya untuk kategori aktor dan aktris terbaik.
Bagi yang suka film biopik dan genre musikal maka film ini memang bisa jadi rekomendasi tontonan. Film ini mengisahkan sosok Ma Rainey, seorang legenda penyanyi blues, yang populer pada akhir tahun 20-an.
Dikisahkan pada 2 Juli 1927 Ma Rainey dijadwalkan untuk melakukan proses rekaman di studio Paramount di Chicago. Anggota bandnya telah datang, tapi Ma Rainey terlambat datang hingga satu jam.
Ma kemudian mengalami bad mood sejak ia tiba. Ia memaksa keponakannya, Sylvester, ikut terlibat di proses perekaman untuk menyampaikan kalimat pembukaan. Ia juga meminta dibelikan minuman bersoda.
Proses rekaman mengalami kendala hingga anggota band merasa frustasi. Konflik lalu makin dipertajam oleh sikap pemain terompet berbakat namun temperamental, yakni Levee Green (Chadwich Boseman).
Film Artistik dengan Kualitas Akting Mumpuni
Aku tertarik menyaksikan film ini setelah sejak perilisannya di Netflix pada bulan Desember, seusai tayang terbatas, langsung mendulang pujian dan digadang-gadang masuk Oscar. Rupanya memang benar, film ini mendapatkan banyak penghargaan, terutama dari sisi akting.
Chadwich Boseman yang namanya menanjak sejak membintangi "Black Panther" memang tampil gemilang di sini sebagai pemain terompet berbakat. Ia tampil lebih ramping di sini. Kemampuan bermain terompetnya nampak alami. Dialognya juga rapat dan panjang-panjang, pastinya menghafalnya juga sulit.
Penampilan Viola Davis di sini sebagai legenda blues juga tak kalah menawan. Ia seperti diva, dengan aura bintangnya yang bersinar saat ia bernyanyi.
Meski Viola tak bernyanyi dengan suaranya sendiri di sini, melainkan dibawakan oleh Maxayn Lewis, namun penampilannya yang menyakinkan sebagai diva blues patut diapresiasi.
Ini merupakan keempat kalinya Viola mendapatkan nominasi Oscar. Piala Oscar pernah diraihnya pada tahun 2016 sebagai aktor pendukung terbaik lewat film "Fences".
Ia bersaing dengan Frances McDormand ("Nomadland"), Carey Mulligan ("Promising Young Woman"), Vanessa Kirby ("Pieces of a Woman"), dan Andra Day ("The United States Vs. Billie Holiday"). Daftar nama nominasinya tak berbeda dengan Golden Globe 2021. Di ajang tersebut Andra Day pemenangnya. Tapi bisa jadi pemenangnya berbeda untuk Oscar.
Akting berkelas dari Viola Davis dan Chadwick Boseman memang membuat film ini tampil bernyawa. Namun pemeran lainnya juga ikut berkontribusi, seperti Colman Domingo, Glynn Turman, Dusan Brown, dan Michael Potts.
Dalam film yang disutradarai oleh George C. Wolfe dan diproduseri oleh Denzel Washington-Todd Black ini palet warnanya dominan kuning kecokelatan. Nampak klasik dan elegan. Kostumnya menggunakan gaun dan setelan jas untuk Ma dan pemain band, dan pakaian kasual untuk pekerja kulit putih di bar dan di jalan.
Dari segi cerita film ini kaya referensi tentang black culture dan situasi Chicago pada akhir tahun 20-an sebagai salah satu kota yang modern dan memiliki peranan penting pada perkembangan musik jazz di Amerika Serikat (jazz age). Isu rasial masih eksis di kota ini pada masa tersebut, tapi kota ini juga terbuka terhadap pertunjukan musik yang ditampilkan musisi kulit hitam.
Nikmati ceritanya dan tembang-tembang dalam film ini. Lagu "Black Bottom" memiliki irama yang asyik dengan kekuatan vokal Ma Rainey yang powerful dan menarik.